Vaksinasi adalah tindakan untuk menimbulkan daya tahan terhadap suatu penyakit infeksi dengan memperkenalkan kuman yang dilemahkan/dimatikan/komponen kuman kepada seorang indvidu. Vaksinasi tidak hanya untuk anak kecil tetapi juga untuk orang dewasa, terutama pada populasi yang rentan terkena infeksi seperti penderita penyakit kronik, usia lanjut di atas 60 tahun, pelancong dan juga individu dengan gangguan imunitas seperti penyintas autoimun.

Apa sajakah jenis vaksinasi yang ada?

Jenis Vaksin

  • Vaksin Hidup yang dilemahkan: measles, mumps, rubella, varicella, zoster, yellow fever, rotavirus, and influenza (intranasal). Keuntungan: sekali vaksin dapat memberikan imunitas jangka panjang. Kerugian: dapat berubah menjadi bentuk infeksi pada individu dengan gangguan imunitas, tidak efektif pada individu yang mendapatkan terapi antibodi.
  • Vaksin Mati: polio (intravena), hepatitis A, hepatitis B, rabies, influenza (intravena), diphtheria, tetanus, pertussis, typhoid, human papillomavirus, pneumococcus, meningococcus, Haemophilus influenzae type b (Hib). Keuntungan: tidak dapat berubah menjadi bentuk infeksi pada individu dengan gangguan imunitas. Kerugian: efektivitas bisa berkurang pada individu yang mendapatkan terapi imunosupresan jangka panjang, memerlukan injeksi berulang sesuai jadwal untuk mendapatkan imunitas.

Apakah penyintas autoimun perlu divaksinasi?

Jawaban singkatnya adalah YA dengan beberapa catatan sebagai berikut. Penyintas autoimun selain memiliki aktivitas imunitas berlebih/terganggu yang merusak organ tubuh sendiri, juga memiliki daya tahan tubuh terhadap infeksi yang menurun. Selain gangguan organ karena autoimunitas, infeksi juga seringkali menyebabkan penyintas autoimun menderita sakit, meningkatkan aktivitas autoimunitas, perlu dirawat dan juga dapat menyebabkan kematian apabila tidak dikelola dengan baik.

Apakah boleh semua penyintas autoimun divaksinasi?

Tentu TIDAK, walaupun penting untuk mencegah infeksi dan flare up autoimunitas, vaksinasi sebaiknya dilakukan pada saat kondisi autoimun terkontrol dengan baik. Selain itu perlu dipertimbangkan pada individu yang mendapatkan terapi imunosupresif berat atau kortikosteroid dosis tinggi (di atas 20 mg predinison/hari) seringkali respons imunitas tidak sebaik individu lainnya.

Vaksinasi apa sajakah yang DISARANKAN untuk penyintas autoimun?

Beberapa studi sudah menjelaskan bahwa influenza dan pneumonia merupakan infeksi yang paling sering diderita dan menyebabkan sakit pada penyintas autoimun. Sehingga disarankan penyintas autoimun mendapatkan vaksinasi rutin setahun sekali dengan vaksin influenza (Fluquadri®, Influvac®, Flubio®, Vaxigrip®) dan vaksinasi pneumonia sesuai jadwal (Prevenar®13 dan Pneumovax®23). Vaksinasi lainnya seperti hepatitis A, hepatitis B, typhoid, HPV, meningococcus dan Hib bisa disarankan sesuai dengan profil risiko, namun menurut hemat saya tidak esensial.

Vaksinasi apa sajakah yang DILARANG untuk penyintas autoimun?

Semua vaksin hidup yang dilemahkan (lihat di atas) DILARANG diberikan kepada penyintas autoimun.

Bagaimana kalau penyintas autoimun tidak dapat menerima vaksinasi?

Apabila penyintas autoimun  tidak dapat menerima vaksinasi, baik karena aktivitas penyakit yang masih berat atau menerima imunosupresan dosis tinggi sehingga menurunkan efektivitas vaksinasi, ada beberapa cara yang dapat dilakukan:

  • Jangan lupa terapkan LDHS, olah raga teratur, cukup cairan, istirahat cukup, banyak makan-makanan sehat seperti sayur dan buah-buahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
  • Kita bisa cegah infeksi dengan melakukan vaksinasi terhadap orang-orang yang tinggal serumah dengan penyintas, dengan demikian “membangun tembok” pertahanan disekitar kita sehingga kuman menurun risiko tembusnya. Banyak kawan penyintas yang terkena sakit oleh karena tertular dari anak, cucu, keponakan, orang tua, saudara dan sebagainya.

Bagaimanakah jadwal imunisasi dewasa di Indonesia?

5129998_orig