Salam sehat untuk para peserta grup LDHS di manapun berada. Sebagai penyintas autoimun, tentunya kita pernah dan mungkin masih mengkonsumsi obat-obatan baik untuk menekan maupun mengendalikan kondisi kita. Tentunya ada banyak hal yang perlu diketahui dan dipahami mengenai obat-obatan yang kita konsumsi. Tak kenal maka tak sayang, demikian kata pepatah, berlaku pula untuk obat-obatan yang kita konsumsi, semakin kita mengenal dan memahami maka kita akan semakin baik dalam mengambil keputusan dan melaksanakan bagian kita untuk mencapai kesehatan yang optimal.

Kenapa sih kita perlu mengkonsumsi obat? Apakah semua penyintas autoimun harus mengkonsumsi obat?

Obat-obatan pada penyintas autoimun seringkali dibutuhkan, namun tidak harus selalu dikonsumsi oleh para penyintas. Kondisi-kondisi akut dan komplikasi kronik penyakit autoimun seringkali membutuhkan obat-obatan untuk mengendalikan penyakit serta menghindari kerusakan organ yang tidak diinginkan. Pada saat pertama kali kita terdiagnosis dengan salah satu kondisi autoimun yang ada, dokter akan menentukan derajat dan aktivitas penyakit tersebut. Apabila kondisi tersebut berada pada kondisi yang aktif, terutama derajat sedang berat, seringkali dibutuhkan obat-obatan kombinasi untuk bisa mengendalikan penyakit tersebut. Apabila aktivitas penyakit sudah berhasil dikendalikan, maka dokter akan mengevaluasi obat-obatan yang diberikan, menurunkan dosis secara bertahap dan juga menghentikan obat-obatan yang sudah tidak diperlukan ataupun menyebabkan terjadinya efek samping.

Kapan penyintas autoimun tidak memerlukan obat-obatan?

Sebagai catatan awal, sebagian besar kondisi autoimun memerlukan obat-obatan untuk mengendalikan penyakitnya walaupun biasanya dengan menerapkan LDHS dan berobat teratur cukup banyak penyintas yang dapat menurunkan dosis obat-obatan sampai cukup rendah. Penyintas hanya boleh menghentikan obat-obatan apabila sudah dievaluasi dengan baik oleh dokter yang menangani. Secara umum, apabila penyakit autoimun telah dikendalikan dengan baik, tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas penyakit dan/atau komplikasi maka kita bisa mencoba untuk menghentikan obat-obatan sambil mengamati apakah kondisi penyintas masih terkendali dengan baik. Menghentikan sendiri obat-obatan tidak disarankan, apabila penyakit tersebut masih belum terkendali dengan baik maka akan menyebabkan reaktivasi dan/atau kerusakan organ yang sulit dikendalikan. Beberapa kondisi autoimun yang ringan bahkan tidak memerlukan obat-obatan sama sekali, cukup dengan melaksanakan LDHS, menghindari pencetus dari penyakit autoimun terkait sudah cukup untuk mengendalikan kondisi-kondisi demikian.

Apa sajakah jenis obat-obatan yang sering digunakan oleh penyintas autoimun?

Pada dasarnya ada tiga golongan utama obat-obatan yang digunakan untuk mengendalikan penyakit autoimun. Golongan pertama, yang paling sering digunakan, adalah kortikosteroid seperti prednison, metilprednisolon, dexamethasone dan sebagainya. Kortikosteroid merupakan golongan obat utama yang digunakan untuk mengendalikan reaksi antigen antibodi, inflamasi dan kerusakan jaringan terkait penyakit autoimun.

Golongan kedua disebut sebagai imunosupresan, obat golongan ini bekerja menekan sistem imun dengan cara yang berbeda dan seringkali lebih kuat serta lebih spesifik dibandingkan kortikosteroid. Golongan ini termasuk obat-obatan seperti azathioprine (Imuran), cyclosporine (Sandimmune), mycophenolate mofetil (Cellcept) dan asam mycophenolate (Myfortic). Imunosupresan seringkali diberikan untuk menurunkan dosis kortikosteroid dan/atau memberikan efek penekanan sistem imun yang lebih baik dibandingkan kortikosteroid tunggal.

Golongan ketiga adalah imunomodulator, obat-obatan ini bekerja dengan memodulasi komponen spesifik sistem imun yang terkait dengan mekanisme penyakit autoimun tertentu. Obat golongan ini adalah pengobatan masa depan untuk penyakit-penyakit autoimun yang telah dapat diketahui secara jelas mekanisme terjadinya. Golongan imunomodulator bisa meningkatkan, menekan atau merubah fungsi komponen sistem imun sesuai dengan kondisi yang diperlukan untuk mengendalikan penyakit autoimun. Walaupun sangat menjanjikan kita masih memerlukan waktu, biaya dan penelitian lebih banyak untuk dapat mengerti secara mendalam bagaimana cara mengendalikan sistem imun dengan lebih baik.

Apakah mengkonsumsi obat-obatan dapat menyebabkan efek samping?

Pada dasarnya tidak ada obat-obatan yang tidak memiliki efek samping, namun dengan mengikuti cara pemakaian sesuai aturan, dosis sesuai indikasi dan monitoring secara berkala sebagian besar efek samping obat-obatan dapat dihindari dan/atau diatasi dengan baik. Secara umum efek samping yang paling sering dijumpai pada saat menggunakan golongan kortikosteroid adalah moonface, selulit, osteoporosis, diabetes dan juga penekanan sistem imun. Golongan imunosupresan sering menyebabkan anemia, gangguan fungsi hati dan ginjal serta meningkatnya risiko terjadinya infeksi. Golongan imunomodulator diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengendalikan penyakit autoimun tanpa efek samping yang banyak, namun demikian biaya dan keterbatasan pengetahuan mengenai penyakit autoimun sendiri masih menjadi hambatan terbesar.

Bolehkah mengkonsumsi suplemen bersamaan dengan obat-obatan autoimun?

Suplemen mempunyai banyak efek yang masih belum diketahui, oleh karena beragamnya komponen masing-masing sediaan. Seringkali kita masih banyak tidak tahu mengenai efek suplemen tertentu terhadap penyakit autoimun dan bagaimana interaksinya terhadap obat-obatan yang dikonsumsi oleh penderita autoimun. Beberapa suplemen telah jelas-jelas dilarang untuk dikonsumsi oleh penderita autoimun seperti bawang putih dosis tinggi, kecambah alfalfa, melatonin dan echinacea. Suplemen-suplemen ini dilarang oleh karena terbukti menyebabkan terjadinya kekambuhan penyakit autoimun seperti lupus. Beberapa suplemen telah terbukti aman dan disarankan untuk membantu mengendalikan autoimunitas seperti vitamin D3 dan juga asam lemak omega 3.

Bagaimanakan kita yakin bahwa obat-obatan yang diberikan berkualitas baik?

Obat-obatan palsu saat ini banyak beredar di pasaran, baik obat tanpa zat aktif maupun obat-obatan yang kadar zat aktif tidak sesuai dengan apa yang dicantumkan. Satu-satunya cara untuk menghindari kondisi seperti ini adalah dengan memberi obat di apotik yang dapat dipercaya, seperti apotek rumah sakit ataupun apotek jejaring bersertifikasi seperti Kimia Farma dsbnya. Apotik-apotik di lingkungan saudara pun dapat menjadi sumber obat yang dipercaya, namun pastikan bawah apotek tersebut diawasi oleh apoteker dengan nomor izin praktik apoteker yang masih berlaku.