Salam sehat sobat ODAI (Orang dengan Alergi/Auto-Imunitas), kita sudah memasuki masa pandemi Covid-19 lebih dari 5 bulan, namun masih banyak pertanyaan dan keraguan mengenai dampaknya bagi penyintas alergi dan autoimun. Sampai saat ini saya masih sering mendapatkan pertanyaan dari sobat ODAI sekalian mengenai beberapa hal terkait dampak Covid-19 terhadap kehidupan dan kesehatan kita sebagai penyintas. Pada artikel ini saya coba menjawab beberapa pertanyaan tersering, untuk membantu mengatasi keraguan dan kecemasan kawan sekalian, semoga bermanfaat.

Tanya: Apa beda Covid-19 dan SARS Cov2?

Jawab: Covid-19 adalah gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus SARS-Cov2, termasuk diantaranya adalah demam, batuk, sesak napas, gangguan penciuman sampai gagal napas dan kegagalan berbagai sistem organ tubuh.

Tanya: Apakah penyintas autoimun memiliki risiko lebih besar terkena dan mengalami komplikasi akibat Covid-19?

Jawab: Sampai saat ini masih belum jelas, namun dari bukti-bukti awal yang ada, penyintas autoimun tidak memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena ataupun mengalami komplikasi akibat Covid-19. Diketahui Covid-19 mempunyai dampak lebih berat untuk orang-orang yang mengalami gejala inflamasi kronik, seperti orang tua, diabetes dan hipertensi. Beberapa kondisi autoimun terkait, yang memiliki inflamasi tinggi, seperti spondilitis ankilosa, artritis reumatoid dan penyakit usus inflamasi secara teoritis memiliki risiko komplikasi lebih besar, namun sampai saat ini belum ada bukti.

Tanya: Apakah penyintas alergi memiliki risiko lebih besar terkena dan mengalami komplikasi akibat Covid-19?

Jawab: Sama seperti penyintas autoimun, sampai saat ini belum banyak data yang menjelaskan dampak Covid-19 pada penyintas alergi, namun demikian data yang ada menunjukkan penderita asma tidak memiliki risiko komplikasi lebih tinggi pada saat terkena infeksi. Kondisi alergi lain, seperti dermatitis dan rhinitis alergi, sampai saat ini belum ada data yang jelas.

Tanya: Apakah aman sebagai penyintas alergi dan autoimun untuk kontrol ke dokter pada kondisi saat ini?

Jawab: Pada awal pandemi, penyintas alergi dan autoimun disarankan untuk tidak ke dokter kecuali mengalami gejala yang berat, namun demikian strategi tersebut tidak bisa dipertahankan terus menerus. Saat ini diketahui faktor risiko penularan akan sangat berkurang apabila kita menerapkan prinsip-prinsip pencegahan, seperti pakai masker, jaga jarak dan kebersihan tangan. Selama kita mematuhi protokol kesehatan yang ada, kontrol ke rumah sakit tetap pilihan yang aman untuk mengendalikan kondisi autoimun dan alergi kita. Namun demikian, apabila ada keraguan, kita bisa mengambil jalur konsultasi online untuk memastikan kondisi autoimun dan alergi kita tetap terkontrol dengan baik. Pastikan konsultasi online yang anda lakukan merupakan aplikasi berbasis rumah sakit, dimana rekam medis dan sistem yang ada menjamin kualitas layanan yang didapatkan. Salah satu aplikasi yang dapat digunakan adalah aplikasi aido (Android, iOS), yang sudah bekerjasama dengan beberapa jaringan rumah sakit swasta di Indonesia.

Tanya: Apakah obat-obatan autoimun dan alergi boleh dilanjutkan selama masa pandemi?

Jawab: Mengendalikan kondisi autoimun dan alergi sangat penting, karena Covid-19 menyebabkan terjadinya aktivasi sistem imun secara besar-besaran (badai sitokin), maka obat-obatan autoimun dan alergi sangat penting untuk dilanjutkan. Bahkan, beberapa terapi yang digunakan untuk Covid-19 mengambil prinsip dari terapi autoimun dan alergi, seperti penggunaan terapi plasma konvalesens, terapi gamma-globulin, dexametason dan juga terapi biologis seperti anti IL-6.

Tanya: Apakah pemeriksaan antibodi (rapid) untuk diagnosis Covid-19 bisa positif pada pasien autoimun/alergi?

Jawab: Jawaban singkatnya adalah bila anda tidak terinfeksi Covid-19, seharusnya pemeriksaan rapid tidak menghasilkan positif pada pasien autoimun/alergi. Hal ini dikarenakan, meskipun merupakan pemeriksaan antibodi, tetapi menggunakan antibodi yang berbeda dengan yang menyebabkan kondisi autoimun/alergi pada anda. Jadi tidak perlu khawatir, silahkan lakukan pemeriksaan sesuai dengan rekomendasi yang diminta oleh dokter, tempat kerja atau atasan anda.

Tanya: Apakah penyintas alergi/autoimun memerlukan suplemen khusus selama pandemi Covid-19?

Jawab: Sistem imun kita sangat kompleks, sehingga tidak ada satu atau dua suplemen yang bisa secara ajaib mengatur sistem imun kita, terutama beberapa suplemen yang mengklaim bisa meningkatkan sistem imun. Suplemen-suplemen yang mengklaim bisa meningkatkan atau mengatur sistem imun, sebagian besar tidak terbukti dan banyak yang justru akibatkan kondisi autoimun/alergi mengalami kekambuhan, sehingga saya dan para ahli imunologi tidak menyarankan penggunaan suplemen demikian. Apabila mengalami keraguan segera konsultasikan denga dokter anda mengenai penggunaan suplemen yang tepat.

Tanya: Kalau demikian apa yang dapat dilakukan oleh penyintas autoimun/alergi untuk mempersiapkan sistem imun kita dengan baik?

Jawab: Sederhana saja, terapkan LDHS secara keseluruhan (baca tentang LDHS), banyak studi sudah membuktikan bahwa mengatur sistem imun tidak bisa hanya lewat satu jalur, keseluruhan dari diet, olahraga, hubungan sosial, istirahat, pola pikir dan kondisi lingkungan memainkan peranan penting dalam menjaga keseimbangan sistem imun. Beberapa suplemen seperti probiotik/prebiotik, vitamin D dan asam lemak omega-3 telah terbukti mampu menurunkan inflamasi dan membantu regulasi sistem imun. Ketiga suplemen ini dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari regulasi imun sobat ODAI bersama dengan terapi dari dokter anda.

Sebagai penutup, masih banyak tentunya pertanyaan yang belum terjawab di dalam artikel pendek ini, silahkan mengajukan pertanyaan, komentar, saran dan kritik di kolom komentar atau kirimkan email ke stevent@dokterimun.id.

Salam sehat bermanfaat,

Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI