Hipersensitivitas obat adalah efek samping reaksi yang tidak dikehendaki dan bersifat merugikan akibat respon pemakaian obat pada dosis sesuai anjuran untuk keperluan terapi. Berbagai macam obat dapat menyebabkan keluhan hipersensitivitas obat pada banyak orang mulai dari obat hipertensi, anti radang, antibiotik sampai terapi biologis.1,2

Apa sajakah tipe reaksi hipersensitivitas obat?

Bentol di satu tempat, seperti pada siku, sudut bibir, lutut juga dapat merupakan gejala dari alergi obat, terutama bila muncul dalam waktu 48-72 jam setelah mengkonsumsi obat baru.

Reaksi dapat diklasifikasikan menjadi reaksi tipe A dan reaksi tipe B. Reaksi tipe A menyebabkan timbulnya penyakit atau efek samping karena efek farmakologis atau toksik yang diprediksi, diketahui, dan bergantung pada dosis obat. Mayoritas hipersentivitas obat masuk ke dalam golongan reaksi tipe A. Pada sisi lainnya, reaksi tipe B meupakan reaksi hipersensitivitas yang tidak terduga dan tidak diprediksi terhadap obat tertentu dan tidak berkaitan dengan mekanisme obat, dapat timbul pada kelompok pasien khususnya yang terpredisposisi pada obat tersebut. Reaksi tipe B mencakup alergi obat karena reaksi sistem imun tubuh dan hipersensitivitas obat non imun seperti intoleransi obat dimana gejala timbul pada dosis yang lebih rendah daripada yang biasanya ditolerasi pada orang normal.2,3

Apa sajakah tanda-tanda terjadinya reaksi hipersensitivitas obat?

Gejala dari kondisi tersebut dapat berupa reaksi langsung dimana timbul 1-6 jam setelah konsumsi obat-obatan atau reaksi terlambat yang muncul beberapa jam atau hari setelahnya. Reaksi langsung mencakup gejala kemerahan pada kulit yang umumnya berfokus pada wajah, urtikaria atau biduran, pembengkakan pada wajah, tenggorokan, tangan, maupun kaki, demam, dan anafilaksis. Anafilaksis adalah sebuah reaksi alergi berat yang ditandai dengan adanya ruam gatal, kesulitan bernapas karena pembengkakan pada tenggorokan, denyut nadi lemah dan cepat, mual, muntah, diare, pingsan sampai pusing. Reaksi terlambat lebih mengarah ke gejala pada kulit seperti kemerahan bentol-bentol pada badan dan menyebar secara simetris pada lengan dan kaki depan, demam disertai tonjolan bernanah pada kulit kemerahan, kulit yang tampak terkelupas, juga timbulnya luka pada kulit dan mulut, mata, bahkan genital.3–5

Hipersensitivitas terhadap obat juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit seperti hepatitis atau peradangan hati dan penyakit autoimun. Gejala yang dapat timbul akibat hepatitis adalah mual, muntah, demam, kelelahan, nyeri perut dan sendi, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, mata dan kuning yang berubah menjadi warna kekuningan, serta perubahan warna feses menjadi pucat atau urin berwarna gelap. Penyakit autoimun adalah kondisi dimana sistem kekebalan tubuh menyerang tubuh sendiri. Hal tersebut dapat menimbulkan segala macam gejala dari setiap bagian tubuh seperti hati, ginjal, paru-paru, kulit, dan tulang sehingga gejalanya bervariasi.3

Bentol-bentol kemerahan dan gatal di seluruh tubuh merupakan gejala paling sering dari alergi obat, apabila muncul gejala seperti ini setelah konsumsi obat baru segera hentikan obat tersebut dan kontrol ke dokter anda.

Selain dari gejala yang dirasakan pasien, hipersensitivitas obat dapat menyebabkan hasil laboratorium yang abnormal seperti penurunan sel darah, sel darah putih, dan trombosit. Dikarenakan gejala hipersensitivitas obat yang sangat luas dan beragam, penting sekali bagi pasien yang menunjukkan tanda hipersensitivitas obat agar pergi ke dokter sehingga dapat dievaluasi lebih lanjut. Hal yang ditekankan adalah hubungan waktu antara inisiasi obat dan pertama kali muncul gejala pada pasien. Setelah ditemukan obat yang menyebabkan reaksi hipersentivitas, penggunan obat tersebut harus dihentikan, baik langsung maupun secara perlahan dimana tergantung dengan jenis dan keperluan pasien terhadap obat.1

Apa yang harus dilakukan apabila terjadi reaksi hipersensivitas obat?

Apabila gejala yang dirasakan berat, seperti bengkak seluruh tubuh, sesak napas dan lemas, segera hentikan obat dan pergi ke unit gawat darurat terdekat. Dokter akan memberikan terapi berupa adrenalin, cairan dan oksigen untuk menstabilisasi keadaan anda. Ini merupakan sebuah kegawatan medis yang harus segera ditangani, namun biasanya hasil akhirnya baik dan pasien dapat pulih kembali. Bila gejalanya ringan, seperti gatal-gatal, kemerahan kulit, tetap tenang, hentikan obat dan segera kontrol ke dokter anda. Apabila anda alergi terhadap obat tersebut, dokter ahli alergi imunologi akan membantu evaluasi tipe alergi dan alternatif obat yang dapat digunakan. Pastikan anda tidak mengkonsumsi obat-obatan yang sebelumnya mencetuskan alergi pada diri anda dan komunikasikan juga dengan dokter yang merawat ya.

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun

Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.

Salam sehat bermanfaat,

Amanda Putri Halim, S. Ked
Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI

Referensi

1.        Hamm RL. Drug Allergy: Delayed Cutaneous Hypersensitivity Reactions To Drugs. EMJ Allergy Immunol. 2016;1(1):92-101.

2.        Gomes ER, Kuyucu S. Epidemiology and Risk Factors in Drug Hypersensitivity Reactions. Curr Treat Options Allergy. 2017;4(2):239-257.

3.        Brockow K, Przybilla B, Aberer W, et al. Guideline for the diagnosis of drug hypersensitivity reactions. Allergo J Int. 2015;24:94-105.

4.        Torres MJ, Romano A, Celik G, et al. Approach to the diagnosis of drug hypersensitivity reactions: Similarities and differences between Europe and North America. Clin Transl Allergy. 2017;7(1):1-13. doi:10.1186/s13601-017-0144-0

5.        Pichler WJ, Yerly D. Drug hypersensitivity: We need to do more. J Allergy Clin Immunol. 2018;141(1):89-91. doi:10.1016/j.jaci.2017.11.002