Intoleransi laktosa, atau kadang kala disalahkan sebagai alergi susu merupakan ketidak mampuan seseorang untuk mencerna gula susu. Keluhan dapat beragam mulai dari kembung sampai diare. Beberapa cara dapat dilakukan untuk menyiasati gangguan ini, karena susu merupakan sumber protein yang penting dan mudah didapat.

Intoleransi laktosa merupakan masalah yang sering dihadapi. Prevalensinya, tergantung pada budaya minum susu masyarakat tersebut, bisa berkisar 7-20% pada Kaukasian sampai mencapai 90% pada beberapa populasi Asia. Gejala klinis intoleransi laktosa termasuk diare, nyeri abdomen dan buang gas setelah memakan susu atau produk olahan susu. Gejala-gejala ini disebabkan oleh karena kadar laktase yang rendah pada usus halus, yang bisa disebabkan oleh karena kerusakan mukosa, atau yang tersering adalah penurunan ekspresi gen dari enzim hidrolase laktase-phlorizin. Namun demikian, patut dicatat bahwa intoleransi terhadap produk susu tidak selalu disebabkan oleh karena defisiensi laktase.

Etiologi malabsorpsi laktosa
Penyebab dari malabsorpsi laktosa dapat dibagi menjadi defisiensi laktase primer dan defisiensi laktase yang disebabkan oleh karena penyakit saluran cerna lainnya. Istilah defisiensi merujuk kepada kadar lebih rendah dibandingkan dengan yang ditemukan pada bayi normal pada saat lahir. Pada umumnya terdapat tiga penyebab utama gangguan absorpsi laktosa primer:

  • Malabsorpsi terkait ras atau etnik
  • Defisiensi laktase pada masa perkembangan
  • Defisiensi laktase kongenital

Manifestasi klinis
Istilah intoleransi laktosa merujuk kepada terjadinya gejala-gejala karakteristik setelah memakan laktosa: nyeri abdomen, kembung, buang gas, diare dan terutama pada remaja, mual muntah. Nyeri perut dapat disertai dengan kram dan sering terlokalisasi pada area peri-umbilikal atau kuadran bawah. Bunyi Borborigmus dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik, bahkan dapat didengar oleh pasien sendiri. Pada saat buang air besar, pasien sering mengeluhkan tinja dengan volum besar, berbusa dan cair.

Diagnosis
Diagnosis malabsorpsi laktosa biasanya dikhususkan untuk pasien dengan gejala-gejala khas malabsorpsi laktosa di saluran cerna yang telah dikonfirmasi dengan tes absorpsi (misal tes absorpsi laktosa) atau malabsorpsi (tes napas laktosa hidrogen). Pemeriksaan yang tidak secara langsung seperti pH feses rendah atau adanya substansi pereduksi, hanya valid apabila laktosa telah di cerna, waktu transit feses cepat, tinja dikumpulkan segar, pemeriksaan dilakukan segera dan metabolisme bakteri terhadap karbohidrat kolom belum sempurna.

Tatalaksana
Oleh karena intoleransi laktosa tidak dianggap sebagi penyakit, tatalaksana biasanya berfokus pada menghindarkan gejala sambil membantu pasien beradaptasi terhadap peningkatan laktosa bertahap. Meskipun demikian, pendekatan terhadap pasien dengan malabsorpsi laktosa tanpa adanya penyakit mendasar dapat dilakukan dengan mengikuti empat prinsip ini:

  • Mengurangi asupan laktosa diet
  • Mengganti sumber nutrien untuk mempertahankan asupan energi dan protein
  • Memberikan suplementasi pengganti enzim bila perlu
  • Mempertahankan asupan kalsium dan vitamin D

Referensi
Up to date 21.2 : Lactose Intolerance