Kehamilan merupakan kejadian yang ditunggu sekaligus mendebarkan bagi kawan-kawan penyintas autoimun. Suatu peristiwa yang membahagiakan namun juga mengkhawatirkan, oleh karena banyakya pertanyaan dan kebingungan mengenai apa dan bagaimana kehamilan mempengaruhi kondisi autoimunitas serta sebaliknya. Pada artikel kali ini saya akan mencoba membantu menjawab beberapa pertanyaan kawan-kawan penyintas mengenai keterkaitan antara kehamilan dan kondisi autoimunitas. Yuk kita simak poin-poin berikut ini, dan jangan lupa untuk selalu berbahagia dan menikmati proses kehamilannya ya.

Apakah individu dengan autoimun boleh hamil?

Jawaban singkatnya tentu saja boleh, namun demikian kehamilan pada penyintas autoimun harus direncanakan dengan baik antara penyintas, dokter autoimun dan dokter kebidanan yang merawat. Hal ini dikarenakan efek autoimunitas terhadap kehamilan dan sebaliknya dapat terjadi beda-beda pada setiap individu dengan kondisi autoimun yang berbeda-beda.

Kapan individu dengan autoimun boleh hamil?

Dalam perencanaan jadwal kehamilan pada penyintas autoimun sebaiknya dilakukan pada saat kondisi autoimun dalam keadaan remisi atau terkendali dengan baik. Hal ini dikarenakan baik kondisi autoimun sendiri maupun obat-obatan yang digunakan dalam dosis tinggi dapat memberikan kemungkinan efek samping pada janin yang dikandung. Selain itu kehamilan sendiri juga dapat membawa efek yang tidak baik pada keadaan autoimun yang diderita oleh sang calon ibu.

Bagaimana efek kondisi kehamilan pada kondisi autoimun?

Janin pada dasarnya merupakan “benda asing” yang bukan bagian dari tubuh ibu, sehingga apabila ada komponen dari janin yang masuk ke dalam tubuh ibu akan diproses oleh sistem imun dan menyebabkan kekambuhan dari kondisi autoimun ibu. Namun demikian tubuh ibu sebenarnya sudah membuat berbagai macam pengaturan, sehingga pada keadaan kehamilan sistem imunitas tubuh ibu ditekan, terutama pada trimester pertama. Sehingga banyak calon ibu merasa kondisi tubuh menjadi lebih baik terutama pada trimester pertama kehamilan. Namun bila kondisi plasenta tidak baik dan komponen tubuh janin merembes masuk ke dalam pembuluh darah ibu bisa menyebabkan kekambuhan dari kondisi autoimun ibu.

Bagaimana efek autoimunitas pada kondisi janin dalam kehamilan?

Beberapa kondisi autoimunitas membuat saluran pembuluh darah menjadi tidak baik, apakah salurannya menyempit seperti pada vaskulitis atau terjadi sumbatan-sumbatan baik besar atau kecil seperti pada sindrom antifosfolipid. Kondisi-kondisi di atas menyebabkan gangguan aliran oksigen dan nutrisi kepada janin, sehingga bisa menyebabkan mulai dari gangguan pertumbuhan sampai keguguran janin. Selain itu apabila terjadi gangguan plasenta maka kompleks imun dan antibodi yang menyebabkan kondisi autoimun pada ibu bisa menyeberang masuk ke dalam bayi. Masuknya antibodi dari ibu ke dalam pembuluh darah bayi dapat menyebabkan berbagai kelainan pada janin, mulai dari gangguan jantung, tiroid sampai masalah pertumbuhan janin di dalam kandungan.

Kalau efeknya sedemikian buruk, amankah ODAI hamil?

Aman, selama perencanaan hamil dilakukan dengan baik melalui kerjasama antara penyintas, dokter autoimun dan dokter kandungan. Tugas dari dokter autoimun adalah mengevaluasi apakah kondisi autoimun dalam keadaan remisi dan dosis obat dalam level yang rendah serta minim menyebabkan efek samping terhadap janin. Tugas dari dokter kebidanan adalah melakukan evaluasi terhadap keadaan kehamilan, rahim, plasenta dan pertumbuhan janin yang baik. Apabila terjadi gangguan terhadap salah satu komponen di atas dokter kebidanan akan melakukan koordinasi dengan dokter autoimun untuk menyesuaikan dosis pengobatan atau melakukan tindakan lain untuk membantu memperlancar proses kehamilan. Karena pentingnya koordinasi ini, disarankan untuk merencanakan kehamilan bersama dengan dokter kebidanan di tempat dokter autoimun anda praktek.

Apakah efek dari kortikosteroid yang digunakan pada kehamilan dan janin?

Kortikosteroid merupakan golongan obat utama dan teraman untuk digunakan pada kehamilan, banyak studi telah menunjukkan bahwa efek samping kortikosterodi sangat minim terhadap janin. Sebuah analisis besar yang melihat penelitian-penelitian mengenai penggunaan kortikosteroid pada kehamilan menunjukkan bahwa dosis optimal untuk kehamilan adalah kurang dari 20mg/hari setara prednison, meskipun dosis lebih besar dapat digunakan untuk kondisi-kondisi yang lebih berat. Hal ini dikarenakan proses inflamasi dan autoimunitas akibat kondisi penyakit yang tidak terkontrol lebih buruk terhadap ibu dan janin dibandingkan efek samping kortikosteroid dosis tinggi. Studi ini juga menunjukkan tidak ada bukti bahwa penggunaan kortikosteroid meningkatkan risiko prematur, berat badan lahir rendah atau pre-eklampsia, meskipun ada sedikit peningkatan risiko bibir sumbing. (Rheum Dis Clin North Am. 2017 August ; 43(3): 489–502)

Apakah efek dari obat-obatan imunosupresan yang digunakan pada janin?

Obat-obatan imunosupresan seperti cellcept®, myfortic®, imuran® dan methotrexate merupakan bagian penting dari pengendalian autoimun para penyintas. Seringkali obat-obatan ini harus dilanjutkan untuk menekan kondisi autoimun agar tidak terjadi relaps dan memperburuk kondisi ibu dan janin. Namun demikian obat-obatan imunosupresif mempunyai banyak efek samping, beberapa bersifat menimbulkan gangguan janin yang hebat sehingga harus diganti sebelum merencanakan kehamilan. Beberapa obat imunosupresif lainnya harus dikendalikan dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya keguguran, gangguan pertumbuhan janin, prematuritas dan berat badan lahir rendah. Beberapa obat imunosupresif yang tidak boleh digunakan sama sekali pada kehamilan adalah leflunomide (arava®) dan methotrexate (MTX), sedangkan sebagian besar obat-obatan lainnya dapat digunakan dengan pemantauan ketat. (J. Clin. Med. 2018, 7, 552). Disini saya tekankan lagi pentingnya perencanaan kehamilan yang baik pada individu dengan autoimunitas, diskusikan baik-baik dengan dokter autoimun dan dokter kandungan anda sebelum merencanakan kehamilan.

Apakah ada efek dari makanan-makanan tertentu terhadap munculnya autoimun pada janin?

Diet merupakan permasalahan yang sering menjadi pertanyaan para ibu-ibu hamil, terutama para penyintas autoimun. Hal ini dikarenakan cukup banyak penyintas autoimun yang sensitif terhadap bahan makanan tertentu. Pada prinsipnya kehamilan memerlukan asupan gizi yang seimbang dan memadai untuk menunjang pertumbuhan janin. Sampai saat ini tidak ada bukti makanan atau suplementasi tertentu memberikan pengaruh terhadap kondisi kehamilan dengan autoimun. Pastikan janin mendapatkan asupan gizi yang mencukupi dengan memakan makanan yang beragam dan seimbang, pantang hanya boleh ditujukan untuk makanan-makanan yang terbukti berakibat buruk untuk kondisi autoimun individu tertentu. Satu hal yang harus diwaspadai adalah asupan kalori berlebihan, tidak ada bukti bahwa ibu hamil makan untuk dua orang dan membutuhkan tambahan kalori kecuali pada trimester ketiga bulan terakhir. Hindari mengkonsumsi karbohidrat berlebihan, terutama dalam bentuk gula sederhana (seperti banyak di susu-susu kehamilan) karena selain tidak berguna, juga akan meningkatkan berat badan dan pada akhirnya memperburuk kondisi autoimun penyintas. (PLoS Med 15(2):e1002507)

Apakah ada peranan dari probiotik terhadap kesehatan ibu dan janin?

Probiotik merupakan salah satu suplemen yang sedang banyak diteliti pada kondisi-kondisi autoimun, saat ini banyak penelitian-penelitian memfokuskan mengenai peranan probiotik pada kehamilan. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa suplementasi probiotik merubah struktur mikrobiota normal dan memang terdapat perubahan mikrobiota usus signifikan pada kehamilan. Namun demikian interaksi antara perubahan akibat probiotik dan perubahan normal selama kehamilan masih belum dimengerti dengan baik. Demikian juga terdapat bukti-bukti menunjukkan adanya pengaruh perubahan mikrobiota ibu terhadap mikrobiota janin, sehingga muncul pertanyaan apa akibatnya bila kita merubah mikrobiota ibu melalui suplementasi probiotik.

Bukti-bukti penelitian yang ada menunjukkan bahwa suplementasi probiotik pada individu dengan autoimun dapat membantu memperbaiki sistem imun dan meredakan gejala-gejala autoimunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi pada mikrobiota usus ibu selama kehamilan membantu untuk mendukung pertumbuhan dan toleransi terhadap janin. Oleh karenanya suplementasi probiotik diduga memberikan manfaat bagi kehamilan dan kesehatan janin pada individu dengan autoimunitas. Namun sampai saat ini belum ada studi yang memastikan hubungan ini dengan baik, sehingga penggunaan probiotik meskipun tanpa efek samping yang berarti, tetap kembali kepada keputusan dokter yang merawat dan penyintas sendiri.( Front. Immunol. 9:2840.)

Apakah ada peranan dari vitamin D dalam keberhasilan kehamilan pada penyintas autoimun?

Keguguran berulang dialami oleh kurang lebih 1% pasangan usia subur, namun hanya separuh yang diketahui penyebabnya. Beberapa penelitian terkini menunjukkan bahwa gangguan autoimunitas merupakan penyebab dari keguguran berulang, yang sering sekali tidak diketahui oleh dokter yang merawat. Keseimbangan sistem imun memainkan peranan penting pada fase-fase awal kehamilan untuk memastikan bahwa janin dapat tumbuh dengan baik. Peranan vitamin D untuk menjaga keseimbangan dan mengatur respons imun telah dibuktikan oleh penelitian-penelitian terbaru. Vitamin D menunjukkan kemampuan untuk menyediakan kondisi-kondisi yang mendukung kehamilan melalui berbagai macam mekanisme, seperti meningkatkan sel darah putih yang menekan peradangan. Oleh karenanya, disarankan untuk terus mengkonsumsi, memulai atau meningkatkan dosis suplementasi vitamin D3 untuk menjaga kadar vitamin D total didalam darah berkisar antara 30-100 ng/mL. (Am J Reprod Immunol. 2018;e12991.)

Hal apa sajakah yang harus diwaspadai pada kehamilan dengan autoimun?

Sebagaimana hal yang sudah dibahas di atas, beberapa hal perlu diwaspadai pada kehamilan dengan autoimunitas. Berikut hal-hal yang harus diwaspadai secara umum:

  1. Pastikan bahwa kehamilan anda direncanakan dengan baik bersama dengan dokter autoimun dan kandungan,
  2. Pastikan bahwa sebisa mungkin kondisi autoimun anda dalam remisi sebelum mulai hamil,
  3. Bila tidak dalam remisi pastikan obat-obatan autoimun yang anda konsumsi cukup mengendalikan kondisi anda,
  4. Jangan menghentikan obat-obatan autoimun anda, karena meskipun ada efek samping obat tetap lebih berbahaya adalah efek autoimunitas tidak terkontrol terhadap kesehatan kehamilan dan janin anda,
  5. Pastikan anda kontrol lebih ketat dibandingkan kondisi kehamilan normal, ada baiknya evaluasi rutin setiap sebulan sekali mengenai kondisi janin dan autoimun anda oleh dokter yang merawat,
  6. Pastikan anda mengkonsumsi makanan seimbang dan mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin secara adekuat, hindari pantangan ekstrim kecuali untuk bahan makanan yang sudah jelas mencetuskan autoimun anda,
  7. Suplementasi probiotik dan vitamin D merupakan salah satu kunci penting untuk menjaga dan mempertahankan kehamilan yang baik, terutama pada individu dengan autoimunitas,
  8. Gangguan pertumbuhan janin merupakan salah satu gejala yang menunjukkan ada masalah dengan kehamilan anda, apabila ini terjadi konsultasikan dengan dokter autoimun anda apakah ini disebabkan oleh karena autoimun yang tidak terkendali baik,
  9. Pastikan anda tetap menikmati kehamilan, kendalikan stress dan berusaha untuk selalu positif, karena pikiran kita sangat mempengaruhi kondisi autoimun dan perkembangan janin.

Hal khusus apa yang harus diperhatikan oleh penyintas lupus saat kehamilan?

Lupus merupakan salah satu kondisi autoimun dengan risiko ibu dan janin yang cukup tinggi, namun demikian dalam tahun-tahun terakhir dengan kemajuan pengobatan hasilnya semakin baik. Beberapa hal yang menjadi perhatian pada kehamilan dengan lupus adalah: (Rheum Dis Clin N Am-2017-http://dx.doi.org/10.1016/j.rdc.2016.12.009)

  • Kekambuhan lupus, preeklampsia, keguguran, kelahiran prematur, gangguan pertumbuhan janin dan sindrom lupus neonatal merupakan komplikasi yang sering terjadi.
  • Pemantauan khusus untuk lupus termasuk pemeriksaan antibodi khusus seperti antibodi fosfolipid dan anti-Ro/La untuk mengevaluasi komplikasi janin terkait lupus.
  • Pengobatan khusus pada kehamilan dengan lupus saat ini semakin aman dan efektif, hal ini dapat digunakan untuk mengendalikan aktivitas penyakit dengan baik dan meminimalkan efek samping.
  • Pemantauan dengan ketat, tatalaksana khusus sesuai kondisi penyintas dan penggunaan obat-obatan dengan tepat merupakan kunci untuk mencapai hasil terbaik.

Hal khusus apa yang harus diperhatikan oleh penyintas sindrom antifosfolipid pada kehamilan?

Penyintas APS yang hamil harus menjalani evaluasi dan pemantauan yang ketat, hal ini disebabkan oleh karena risiko penyumbatan yang meningkat selama kehamilan. Penyumbatan pembuluh darah pada penyintas APS yang hamil dapat mengakibatkan mulai dari keguguran janing, sumbatan di paru, serangan jantung, stroke hingga kematian mendadak dengan berbagai kegagalan organ. Risiko sumbatan terutama sangat tinggi pada individu yang mempunyai hasil positif pada tiga pemeriksaan, yakni lupus antikoagulan (LA), anti cardiolipin (ACA) dan anti beta2 glikoprotein (anti beta2GP). Penyintas APS yang hamil harus menerima terapi dengan aspirin dosis rendah sebelum hamil dan berubah ke lovenox® suntik pada saat kehamilan positif. Pemantauan dengan anti-Xa dapat membantu menyesuaikan dosis lovenox® yang sesuai untuk individu tersebut. Konsultasi dengan konsultan hemato-onkologi medik sangat disarankan untuk menjamin tercapainya pengendalian kekentalan darah yang ideal.( Best Practice & Research Clinical Rheumatology xxx (2017) 1e18)

Hal khusus apa yang harus diperhatikan oleh penderita Sindrom Sjogren pada kehamilan?

Sindrom Sjogren mungkin memburuk selama kehamilan dan terutama bisa memburuk pada periode nifas (setelah kelahiran bayi). Hal ini disebabkan oleh karena terkadang Sindrom Sjogren mengalami komplikasi tekanan tinggi pada paru, yang sering memburuk pada masa kehamilan dan nifas. Sindrom Sjogren sendiri sering menyebabkan terjadinya aborsi dan keguguran janin pada penyintasnya. Selain itu janin penyintas Sindro Sjogren seringkali mengalami berat badan lahir rendah, kelahiran prematur dan gangguan jantung terkait autoimun. Risiko terbesar gangguan jantung ada pada penyintas Sindrom Sjogren yang memiliki anti-SS-A positif, sehingga pemantauan oleh ahli kebidanan fetomaternal yang menguasai USG jantung dan janin disarankan pada kehamilan 16-20 minggu dan selanjutnya. Apabila ditemukan secara dini, pemberian obat-obatan seperti dexamethason dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi jantung pada janin. (The Permanente Journal/Perm J 2017;21:16-047)

Hal khusus apa yang harus diperhatikan oleh penderita Artritis Reumatik pada kehamilan?

Kesuburan pada wanita dengan artritis reumatik mengalami gangguan, yang dikaitkan dengan aktivitas penyakit dan penggunaan beberapa obat-obatan seperti NSAID dan prednison dosis >7,5 mg per hari. Meskipun aktivitas penyakit seringkali mengalami perbaikan saat kehamilan, namun banyak pasien dengan RA tetap mengalami aktivitas peradangan sendi. Dipastikan pada saat merencanakan kehamilan penyintas RA harus memiliki kondisi autoimun yang terkendali dengan aktivitas penyakit rendah, oleh karena terapi dengan MTX dan Arava® harus dihentikan pada kehamilan dengan RA. Selain kortikosteroid, beberapa obat-obatan baru seperti Enbrel® dapat menjadi alternatif yang aman pada kehamilan. (Rheum Dis Clin N Am – (2017) http://dx.doi.org/10.1016/j.rdc.2016.12.004)

Demikian sedikit ulasan dari saya berdasarkan literatur-literatur terbaru yang tersedia di dunia medis, mudah-mudahan dapat membantu menjawab beberapa pertanyaan sobat ODAI yang sedang merencanakan, menjalani atau telah melewati masa-masa kehamilan. Akhir kata, begitu luas kondisi autoimun dan kaitannya dengan kehamilan yang tidak mungkin saya bahas satu persatu di artikel ini. Jangan ragu untuk bertanya baik di akun instagram @alergi.imunologi atau melalui email yang bisa diisi di form kontak website ini, semoga saya bisa membantu menjawab pertanyaan dan kegalauan hati kawan-kawan semua. Salam sehat bermanfaat ODAI Indonesia.