Asma adalah suatu gangguan inflamasi pada saluran pernapasan yang ditandai dengan serangan sesak napas dan mengi yang berulang. Gejala ini dapat terjadi akibat adanya faktor alergen, virus, maupun iritan yang terjadi pada saluran pernapasan yang menyebabkan peradangan, sehingga berkurangnya aliran udara pada paru. Sementara itu alergi makanan merupakan suatu reaksi imunologi akibat adanya paparan makanan yang terjadi secara berulang, dimana gejala yang ditimbulkan bervariasi, mulai dari munculnya gejala pada kulit, pencernaan, hingga pernapasan.1,2
Apa hubungan reaksi alergi dengan serangan asma?
Reaksi alergi dan serangan asma memiliki hubungan yang erat satu dengan yang lain. Walaupun belum terbukti secara klinis bahwa alergi makanan dapat menyebabkan penyakit asma, namun secara umum, asma dan alergi makanan berbagi faktor risiko seperti riwayat alergi di keluarga, eksim atopik, dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian, 4-8% penderita asma diketahui memiliki alergi terhadap makanan.3 Gejala asma seperti sesak napas dapat muncul ketika seseorang mengkonsumsi makanan yang menimbulkan reaksi alergi. Bahkan beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa orang dengan alergi makanan lebih berisiko tinggi memiliki penyakit asma, dimana hal ini menunjukkan bahwa alergi makanan dapat terjadi lebih dahulu sebelum adanya keluhan asma.3,4

Makanan apa saja yang patut diwaspadai pada asma?
Banyak makanan yang dapat memicu timbulnya reaksi alergi yang dapat berujung pada munculnya serangan asma. Makanan-makanan tersebut diantaranya seperti kacang, udang, kerang, susu, telur, ikan, dan sebagainya, dimana makanan tersebut tidak tampak berbahaya namun ketika terjadi reaksi alergi, makanan tersebut dapat berbahaya. Reaksi terhadap alergi makanan biasanya diawali dengan iritasi kulit, mual, muntah, dan diare. Apabila reaksi alergi tersebut memperngaruhi saluran pernapasan, maka dapat timbul serangan asma, dimana terjadi penyempitan pada rongga pernapasan yang dapat diikuti adanya batuk dan mengi yang jika tidak segera ditangani akan sangat berbahaya dan berakibat fatal.4,5
Manfaat mengendalikan faktor pencetus pada asma?
Berdasarkan penelitian, banyak faktor yang dapat menyebabkan kekambuhan dari penyakit asma, dimana sebagian besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau cuaca serta faktor alergi makanan. Adanya peningkatan intensitas paparan terhadap faktor risiko akan menyebabkan ekspresi atau serangan asma menjadi lebih sering terjadi, dan hal ini dapat meningkatkan kekambuhan. Selain itu kontrol penderita yang rendah terhadap faktor pencetus asma secara tidak langsung menunjukkan kegagalan dalam terapi asma. Semakin baik kontrol penderita asma terhadap faktor pencetusnya, maka tingkat keberhasilan pengobatan terhadap penyakit asma semakin tinggi dan terapi farmakologis dapat dimimalkan. Hal ini juga dapat menghindari efek samping obat-obatan yang dikonsumsi.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan asma. Jika anda memiliki kondisi dengan alergi makanan maupun asma, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter anda untuk dapat memastikan apakah reaksi alergi dari makanan tersebut dapat menimbulkan serangan asma pada anda atau tidak. Selain itu sebaiknya hindari makanan-makanan yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada anda. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan reaksi yang ditimbulkan setiap anda mengkonsumsi makanan tertentu. Jika makanan tersebut menimbulkan reaksi alergi, sebaiknya hindari makanan tersebut dan segera konsultasikan kepada dokter yang menangani. Dengan demikian, diharapkan tingkat kontrol yang baik terhadap faktor pencetus asma dapat memaksimalkan pengobatan dan menurunkan angka kekambuhan yang dapat terjadi.4,6,7
Diskusi lanjut dengan Dokter Imun
Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.
Salam sehat bermanfaat,
Vania Kristianti, S. Ked; Rashmeeta, S. Ked
Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI
Referensi:
- 1. (PDPI) PDPI. ASMA: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia. 2006;
- 2. Initiative G. Global strategy for asthma management and prevention: Socioeconomics. Rev Fr d’Allergologie d’Immunologie Clin. 1996;36(6):685–704.
- 3. Australian Government. Asthma and Food Allergies. Eur Med J [Internet]. 2018;(July 2018):82–8. Tersedia pada: https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/ConditionsAndTreatments/asthma-and-food-allergies
- 4. Emons JAM, Gerth van Wijk R. Food Allergy and Asthma: Is There a Link? Curr Treat Options Allergy. 2018;5(4):436–44.
- 5. Di Palmo E, Gallucci M, Cipriani F, Bertelli L, Giannetti A, Ricci G. Asthma and food allergy: Which risks? Med. 2019;55(9):1–12.
- 6. Foong RX, du Toit G, Fox AT. Asthma, food allergy, and how they relate to each other. Front Pediatr. 2017;5(May):1–6.
- 7. Kurniasari L. Hubungan faktor makanan terhadap kejadian kambuh ulang asma pada penderita asma di wilayah kerja puskesmas olak kemang kota jambi tahun 2015. Sci J. 2016;4(4):299–304.