metforminPenggunaan sulfonilurea sebagai terapi lini kedua untuk diabetes tipe 2 sama efektifnya dengan obat-obatan yang lebih baru, namun jauh lebih murah, demikian hasil dari sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal Diabetes Care oleh Zhang Yuanhui dkk. dari University of North Carolina State. Para peneliti menjelaskan bahwa saat ini ada 11 golongan anti-diabetes yang disetujui, dengan Metformin sebagai terapi lini pertama oleh karena banyaknya bukti jangka panjang yang menunjukkan efektivitas dan keamanannya. Pada saat metformin sudah tidak mampu mempertahankan kendali glukosa maka anti-diabetik lainnya dapat ditambahkan. Namun demikian sampai saat ini tidak ada konsensus ataupun bukti-bukti yang mampu mendukung secara jelas pemilihan obat-obatan ini.

Selama dekade belakangan, banyak obat anti-diabetik baru bermunculan, sehingga wajah pengobatan diabetes telah berubah secara signifikan. Munculnya obat-obatan seperti inhibitor DPP-4 dan agonis GLP-1 telah menggantikan obat-obatan lama dan meningkatkan biaya pengobatan diabetes secara signifikan. Namun demikian keuntungan klinis jangka panjang dari perubahan ini masih belum jelas.

Para peneliti di atas mencoba melakukan analisis biaya dibandingkan dengan kualitas hidup dan kendali diabetes pada lebih dari 37.000 pasien berusia 40 tahun ke atas dengan diabetes tipe 2. Hasilnya menunjukkan bahwa semua regimen pengobatan (sulfonilurea, inhibitor DPP-4, agonis GLP-1 dan insulin) memberikan lama dan kualitas lama hidup yang serupa, namun regimen sulfonilurea memberikan biaya yang lebih murah dan waktu terpanjang sebelum penggunaan insulin (rerata 1 tahun vs. 0,53-0,62 tahun dibandingkan kedua regimen lain).

Hasil ini memberikan masukan yang baik untuk pertimbangan dari segi biaya dan kualitas hidup pasien diabetes tipe 2, oleh karena dengan kurangnya bukti mengenai efektivitas jangka panjang terapi baru maka pertimbangan biaya sangat berharga. Namun demikian satu hal patut dipertimbangkan, yakni studi ini tidak menganalisis biaya dan dampak yang ditimbulkan oleh hipoglikemia karena sulfonilurea. Studi tahun 2011 oleh CDC Amerika Serikat menunjukkan bahwa obat anti-diabetes menyebabkan hampir seperempat rawat inap pada pasien usia lanjut. Selain itu studi ADVANCE juga menunjukkan bahwa hipoglikemia terjadi pada lebih dari separuh pasien yang mendapatkan sulfonilurea.

Data-data di atas menunjukkan bahwa sulfonilurea tetap merupakan pilihan yang baik untuk obat lini kedua setelah metformin, terutama oleh karena pertimbangan biaya dan kurangnya bukti jangka panjang efektivitas anti-diabetes generasi terbaru. Namun demikian, penggunaan sulfonilurea tetap harus dilakukan secara hati-hati, di mana edukasi dan pemantauan gejala hipoglikemia merupakan hal yang wajib dilakukan oleh semua dokter yang memberikan obat golongan ini.