Lupus adalah penyakit kronis, namun demikian bisa diobati. Tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan gejala dan mencegah kegagalan organ. Pengobatan tergantung pada jenis gejala yang Anda miliki dan seberapa seriusnya.
Pilihan pengobatan yang umum termasuk:
Obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID): NSAID mengurangi pembengkakan sendi, nyeri sendi, demam, dan pembengkakan lapisan jantung dan paru-paru. Obat-obatan ini termasuk ibuprofen (nama merek Motrin, Advil) dan naproxen (Naprosyn, Aleve). Beberapa NSAID ini dapat menyebabkan efek samping yang serius seperti perdarahan lambung atau kerusakan ginjal. Selalu tanyakan kepada dokter Anda sebelum minum obat yang mengandung obat bebas (tanpa resep dokter) untuk lupus Anda.
- Obat antimalaria: Hydroxychloroquine (Plaquenil), dianjurkan pada setiap pasien dengan lupus. Hydroxychloroquine digunakan di masa lalu untuk mencegah dan mengobati malaria, ditemukan efektif untuk artritis terkait lupus, kelelahan, ruam, dan mulut.
- Kortikosteroid dan penekan kekebalan: Pasien dengan masalah serius atau mengancam jiwa seperti peradangan ginjal, keterlibatan paru-paru atau jantung, dan gejala sistem saraf pusat memerlukan penanganan yang lebih “agresif” (lebih kuat). Ini mungkin termasuk kortikosteroid dosis tinggi seperti prednisone dan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh. Penekan kekebalan termasuk azathioprine (Imuran), siklofosfamid (Cytoxan), dan siklosporin (Neoral, Sandimun). Baru-baru ini mycophenolate mofetil telah digunakan untuk mengobati penyakit ginjal parah pada lupus – disebut sebagai lupus nephritis.
- Agen Biologis: Pada tahun 2011, FDA menyetujui agen biologis, belimumab (Benlysta), untuk pengobatan SLE aktif pada pasien dewasa. Benlysta terbukti efektif untuk bentuk ringan Lupus dan ini adalah obat baru pertama yang disetujui untuk lupus sejak 1955.
- Pengobatan kombinasi: Dokter dapat menggabungkan beberapa obat untuk mengendalikan lupus dan mencegah kerusakan jaringan. Setiap pengobatan memiliki risiko dan manfaat. Sebagian besar obat penekan kekebalan tubuh dapat menyebabkan efek samping dan memerlukan pemantauan ketat. Efek samping obat ini bisa termasuk risiko infeksi yang meningkat serta mual, muntah, rambut rontok, diare, tekanan darah tinggi, dan osteoporosis (tulang lemah). Ahli imunologi dapat menurunkan dosis obat atau menghentikan obat karena efek samping atau saat penyakit masuk ke remisi. Sehingga, penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan yang cermat dan sering, untuk mengevaluasi gejala dan mengubah perawatan Anda sesuai kebutuhan.