Apa itu imunodefisiensi?
Udara di lingkungan sehari-hari memuat dan menyebarkan berbagai macam kontaminan biologis seperti bakteri, virus dan jamur. Pada kondisi normalnya, sistem imun akan melawan organisme atau benda asing tersebut. Namun, umumnya di usia dewasa, terdapat beberapa variabel lingkungan atau situasional yang dapat menghambat fungsi dari sistem imun tubuh. Kondisi ini dikenal sebagai imunodefisiensi sekunder.
Ketika seseorang memiliki imunodefisiensi, sistem imun individu yang terkait tidak dapat bekerja sesuai fungsinya untuk melindungi tubuh dari kontaminan asing, sehingga seseorang dengan imunodefisiensi akan menjadi lebih rentan terkena infeksi baik dari kontaminan yang umumnya menyebabkan infeksi maupun yang tidak.
Macam-macam tipe imunodefisiensi
Imunodefisiensi sekunder berbeda dengan imunodefisiensi primer yang merupakan bawaan genetik, tidak terpengaruh oleh faktor lingkungan dan pada umumnya dapat dideteksi di usia dini. Penyakit imunodefisiensi sekunder bermanifestasi sebagai peningkatan frekuensi atau komplikasi yang tidak biasa pada infeksi-infeksi yang umum. Penyakit imunodefisiensi sekunder juga jauh lebih sering ditemukan dibanding primer, mengingat banyaknya faktor atau kondisi lingkungan yang dapat menjadi pemicu.1
Hal yang dapat mencetuskan imunodefisiensi sekunder
Beberapa pemicu imunodefisiensi sekunder dapat berupa pengobatan imunosupresif atau terapi yang menghambat imun tubuh (seperti kemoterapi), penyakit yang mengganggu fungsi imun tubuh (seperti HIV, malnutrisi), penyakit metabolisme dan bahkan kadang stres yang diakibatkan kondisi lingkungan yang ekstrim. 1 Taraf parahnya imunodefisiensi sekunder berbeda pada setiap orang karena bergantung kepada taraf intensitas faktor pemicu eksternal, kerentanan dari individu yang terkait, dan jenis pemicunya itu sendiri.
Sebagai contoh, imunodefisiensi yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan imunosupresif hanya akan bergantung pada dosis yang diberikan dan dapat berkurang seiring berkurangnya dosis. Berbeda dengan imunodefisiensi yang beriringan dengan penyakit seperti sepsis dan AIDS (yang disebabkan oleh infeksi HIV) yang memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi jika tidak ditangani. Dari semua pemicu imunodefisiensi sekunder, malnutrisi berat merupakan penyebab paling utama dan paling umum.2,3

Gejala-gejala imunodefisiensi sekunder
Begitu juga dengan manifestasi gejala imunodefisiensi sekunder yang kembali lagi bergantung kepada jenis penyakit imunodefisiensi yang dimiliki seseorang. Berbeda penyakit dan pemicu, berbeda pula gejala-gejalanya. Namun, pada dasarnya terdapat beberapa gejala umum yang menandakan kemungkinan adanya imunodefisiensi sekunder yakni:
- Infeksi secara berulang dan/atau kian bertambah parah,
- Intensitas infeksi yang cenderung lebih parah dan berkelanjutan dibanding infeksi pada populasi normal,
- Jenis atau lokasi infeksi yang berbeda-beda atau berpindah, dan
- Adanya diagnosis penyakit dan/atau telah terekspos dengan terapi yang mempengaruhi fungsi sistem imun tubuh (dapat berupa virus HIV, malnutrisi maupun terapi seperti kemoterapi).
Gejala-gejala tersebut sekilas sebenarnya serupa dengan gejala umum imunodefisiensi primer, namun perbedaannya terdapat di pemicu, dimana imunodefisiensi sekunder bergantung kepada faktor lingkungan bukan genetik atau bawaan. Deteksi yang tepat akan imunodefisiensi sekunder merupakan hal yang krusial, karena jika tidak segera ditanggapi oleh klinisi profesional ditakuti dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius dan membahayakan nyawa. Penting untuk memeriksakan diri atau kerabat ke tenaga medis profesional apabila merasakan ada gejala yang terkait.
Diskusi lanjut dengan Dokter Imun
Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.
Salam sehat bermanfaat,
Joshua Benedict Hukom, S. Ked
Rashmeeta, S. Ked
Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI
Referensi:
- Chinen J, Shearer W. Secondary immunodeficiencies, including HIV infection. American Academy of Allergy, Asthma & Immunology. 2010
- Annane D, et al. Corticosteroids in the treatment of severe sepsis and septic shock in adults: asystematic review. JAMA 2009; 301:2362-75
- Tan HP, Smaldone MC, Sharpiro R. Immunosuppressive preconditioning or induction regimens, evidence to date. Drugs 2006, 66:1535-45