Psoriasis merupakan penyakit radang kulit kronik yang disebabkan karena faktor genetik, biokimia dan imunologik sehingga merusak lapisan kulit bahkan saraf. Psoriasis bisa ditemukan di siku, lutut, kulit kepala, celah antara bokong, telapak tangan dan kaki, hingga seluruh tubuh. Faktor pencetus psoriasis yaitu faktor lingkungan, garukan, reaksi fototoksik, pembedahan, ketegangan emosional, beberapa obat (beta blocker, angiotensin-converting enzyme inhibitor, antimalaria, litium, OAINS, gemfibrosil, dan beberapa antibiotik), serta infeksi dari bakteri, virus, maupun jamur.1,2
Psoriasis biasanya dapat berupa bercak kemerahan dengan lapisan tebal seperti sisik berwarna putih keperakan dan biasanya berbatas tegas serta gatal. Selain itu, psoriasis dibagi menjadi beberapa tipe antara lain: psoriasis plak (psoriasis vulgaris), psoriasis gutata, psoriasis pustulosa generalisata/lokalisata, prosiasis inversa, eritroderma psoriatika, psoriasis kuku, dan psoriasis artritis.1,2
Tipe psoriasis yang paling banyak ditemukan yaitu psoriasis plak/vulgaris di mana tampak bercak kemerahan berbatas tegas dengan sisik berlapis keperakan, bisa disertai lingkaran putih pucat mengelilingi lesi tersebut (Woronoff’s ring). Psoriasis gutata akan terlihat seperti tetesan air, plak merah muda dengan sisik pada badan dan anggota gerak, biasanya muncul mendadak setelah infeksi bakteri Streptococcus pada saluran napas atas. Psoriasis pustulosa generalisata (von Zumbusch), merupakan psoriasis dengan lesi berupa pustul steril pada sebagian besar tubuh dan ekstremitas, biasanya pasien dengan tipe psoriasis ini lebih rentan terhadap infeksi dan tidak tepat diobati dengan antibiotik. Pada psoriasis inversa, lesi kemerahan tampak lembab dan terdapat di daerah lipatan ketiak, lipatan selankgangan, bawah payudara, dan glans penis. Eritroderma psoriatika merupakan perluasan psoriasis vulgaris dengan manifestasi kemerahan yang luas dan sisik pada hampir seluruh luas permukaan tubuh, biasanya fungsi kulit juga terganggu sehingga pasien rentan terhadap infeksi dan suhu tubuh tidak terkontrol, sehingga dapat membahayakan nyawa.1,2,3
Psoriasis kuku banyak dijumpai pada 40-50% kasus psoriasis, lebih sering terjadi pada kuku jari tangan dan sekitar 65% kasus ditemukan bentuk sumur-sumur dangkal pada kuku. Dapat pula ditemukan kuku berwarna kekuning-kuningan (oil spots), kuku terlepas dari dasarnya (onikolisis), penebalan kuku dengan hiperkeratotik, kuku hancur (crumbling), dan splinter haemorrhage. Psoriasis artritis ditemukan pada 30% kasus dan biasanya pasien mengeluh kekakuan sendi pagi hari, nyeri sendi yang menetap, dan nyeri sendi yang memburuk bila psoriasis kambuh.1,3
Diagnosis psoriasis ditegakkan melalui gambaran klinis penyakit dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan histopatologik kulit yang terlihat lesi psoriasis, akan ditemukan gambaran khas yaitu lapisan parakeratosis lapisan korneum (mikroabses Munro) atau pada lapisan spinosum kulit (spongioform pustules of Kogoj).1,3
Pasien dengan psoriasis seringkali merasa malu dan terganggu dengan kondisi kulitnya, terutama aktivitas sehari-hari pasien psoriasis. Lesi kulit psoriasis akan tampak kering dan mengelupas bahkan bisa meluas ke seluruh tubuh, sehingga terapi yang diberikan pada pasien psoriasis haruslah menyeluruh dan bermanfaat untuk terapi jangka panjang.
Psoriasis dapat dibedakan derajatnya berdasarkan luas permukaan tubuh dibagi indeks keparahan, menjadi sebagai berikut; < 3% psoriasis ringan, 3-10% psoriasis sedang, >10% psoriasis berat. Umumnya terapi psoriasis dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu pengobatan topikal, pengobatan sistemik, fototerapi, dan agen biologi. Terdapat beberapa terapi tambahan yang bisa digunakan, seperti pengurangan stress, klimatoterapi, pelembab, asam salisilat, dan keratolitik lainnya seperti urea.1,2
Pemilihan terapi lini pertama untuk psoriasis ringan adalah pengobatan topikal misalnya emolien, kortikosteroid, keratolitik, retinoid, analog vitamin D, atau tar. Bila tidak memberikan respons yang baik, dapat dilakukan fototerapi. Untuk psoriasis sedang, terapi lini pertama yang disarankan adalah fototerapi dengan ultraviolet B (UVB) broadband (BB) atau ultraviolet B (UVB) narrowband (NB). Sebagai lini kedua, dapat diberikan kombinasi psoralen dan ultraviolet A (PUVA). Apabila tidak respons terhadap terapi, dapat diberikan terapi sistemik. Pada psoriasis derajat berat, diberikan terapi sistemik, yaitu metotreksat, siklosporin, asitretin, serta dapat dipikirkan pemberian obat biologic (efalizumab, infliximab).1,4,5
Selain itu penting untuk memberikan edukasi kepada pasien bahwa penyakit psoriasis tidak dapat disembuhkan namun pengobatan dilakukan untuk mengendalikan kekambuhan psoriasis. Pasien dianjurkan menjaga kelembapan kulit dengan menggunakan sabun yang lembut seperti sabun bayi tanpa pewangi dan scrub, tidak mandi dengan air terlalu panas, hindari merokok, minuman keras, dan stress, paparan sinar matahari. Pasien dianjukran memakai tabir surya pada daerah wajah yang tidak terkena psoriasis namun terpapar matahari.1,4,5

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun
Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.
Salam sehat bermanfaat,
Jane Juandi, S. Ked; Rashmeeta, S. Ked
Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI
Referensi
- Juanda A. Dermatosis Eritroskuamosa: Psoriasis. Dalam: Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W, penyunting. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke-7. Badan Penerbit FKUI; 2018. h.189-95.
- Budianti W, Anindya S, Debinta A, Novianto E, Fitri E, Halim E. Kesesuaian Tata Laksana Psoriasis dengan Panduan Praktik Klinis (Ppk) di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Media Dermato Venereologica Indonesiana. 2019;46(4).h.172-7.
- Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. In: Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. eds. Fitzpatrick’s Dermatology, 9e. McGraw-Hill.2019.h.457-94
- Lawley LP, McCall CO, Lawley TJ. Eczema, Psoriasis, Cutaneous Infections, Acne, and Other Common Skin Disorders. In: Jameson J, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Loscalzo J. eds. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 20e. McGraw-Hill. 2020.h.258-60.
- Widaty S, Soebono H, Nilasari H, dkk. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia; 2017. h.230-41.