Konjungtivitis Alergi merupakan manifestasi okular dari respon imun immunoglobulin E (IgE) terhadap paparan dari alergen tertentu di individu-individu yang ter-sensitisasi. Gejala yang umum pada Konjungtivitis Alergi sendiri memiliki karakteristik seperti gatal, kemerahan pada konjungtiva, produksi air mata yang berlebih dan dapat terjadi bengkak pada kelopak mata.1
Jumlah dari individu dengan Konjungtivitis Alergi sulit diperkirakan karena gejala-gejala yang dialami sering disepelekan sehingga para penderita tidak merasakan adanya urgensi untuk mendapatkan pertolongan medis. Diperkirakan 10 hingga 30 persen dari populasi umum mengalami Konjungtivitis Alergi. Pada umumnya individu tersebut memiliki usia kurang dari 20 tahun dan prevalensi dari Konjungtivitis Alergi berkurang dengan seiring bertambahnya usia. Konjungtivitis Alergi dapat ditemukan sebagai penyakit tunggal maupun disertai dengan penyakit-penyakit lain yang diasosiasikan dengan Konjungtivitis Alergi yaitu rhinitis alergi, dermatitis atopi, dan asma.2
Alergen yang dapat menyebabkan Konjungtivitis Alergi dapat berasal dari berbagai macam sumber. Debu kotoran, lumut, serbuk sari dari tumbuhan, rumput dapat menyebabkan Konjungtivitis Alergi. Alergen-alergen tertentu juga dapat ditemukan di dalam lingkungan rumah seperti tungau debu, kotoran dari kecoa, debu dan asap rokok, hingga bulu binatang peliharaan. 3 Tujuan dari pengobatan Konjungtivitis Alergi adalah meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup dari pasien dengan meminimalisir inflamasi yang disebabkan oleh respon alergi dan juga menghindari komplikasi yang dapat terjadi pada inflamasi yang berkepanjangan.
Salah satu langkah yang dapat diambil untuk menghindari kekambuhan dari Konjungtivitis Alergi tentunya adalah dengan menghindari paparan terhadap alergen yang menyebabkan respon alergi tersebut. Menghindari paparan dari serbuk sari dan lumut dapat dilakukan dengan menutup jendela-jendela di rumah, menggunakan filter pada jendela jika ingin membuka jendela, menggunakan pendingin udara dan meningkatkan kewaspadaan terhadap area-area yang memiliki jumlah serbuk sari yang banyak sehingga dapat dihindari. Salah satu strategi untuk mengurangi paparan dari bulu-bulu binatang peliharaan adalah dengan menempatkan binatang peliharaan tersebut diluar rumah namun hal ini sulit menjadi keputusan karena beberapa keluarga keberatan dengan memutuskan hal tersebut, namun hal ini menjadi salah satu cara yang paling tepat untuk mengurangi kekambuhan pada Konjungtivitis Alergi. Hal selanjutnya yang dapat dilakukan adalah membatasi area-area didalam rumah yang dapat di akses oleh binatang peliharaan yang berbulu contohnya pada kamar tidur. Membersihkan binatang peliharaan secara rutin dan menghindari penggunaan karpet di dalam rumah dapat membantu karena mengurangi jumlah bulu-bulu halus yang rontok dari binatang peliharaan tersebut dan karpet dapat menjadi tempat reservoir berkumpulnya bulu-bulu tersebut. Tungau debu didalam rumah juga dapat diatasi dengan menjaga kelembapan diantara 35 hinga 50 persen, membersihkan ranjang setiap minggu, dan melakukan pembersihan menggunakan vakum yang memiliki filter HEPA (High-Efficiency Particulate Air). Mencuci sprei dengan suhu minimal 60 derajat celsius juga dibuktikan dapat membunuh telur-telur tungau debu secara efisien.4,5

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun
Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.
Salam sehat bermanfaat,
Reynaldi Ardi Putra Fernandes, S. Ked; Rashmeeta, S. Ked
Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI
Referensi
1. Carr W, Schaeffer J, Donnenfeld E. Treating Allergic Conjunctivitis: A Once-daily Medication that Provides 24-hour Symptom Relief. Allergy Rhinol [Internet]. 2016 Jan [cited 2021 May 1];7(2):ar.2016.7.0158. Available from: /pmc/articles/PMC5010431/
2. Ojeda PM, Sastre J, Olaguibel JM, Chivato T. Alergólogica 2015: A national survey on allergic diseases in the adult Spanish population. J Investig Allergol Clin Immunol [Internet]. 2018 [cited 2021 May 1];28(3):151–64. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29939133/
3. Allergic Conjunctivitis: Background, Pathophysiology, Epidemiology [Internet]. [cited 2021 May 1]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1191467-overview#showall
4. Sánchez-Borges M, Fernandez-Caldas E, Thomas WR, Chapman MD, Lee BW, Caraballo L, et al. International consensus (ICON) on: Clinical consequences of mite hypersensitivity, a global problem. World Allergy Organ J [Internet]. 2017 Apr 18 [cited 2021 May 1];10(1). Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28451053/
5. Jia-Ying L, Zhao C, Jia-Jun G, Zi-Jun G, Xiao L, Bao-Qing S. Efficacy of air purifier therapy in allergic rhiniti. Asian Pacific J allergy Immunol [Internet]. 2018 Dec 1 [cited 2021 May 1];36(4):217–21. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29549698/