Dermatomyositis (DM) merupakan suatu penyakit miopati akibat peradangan otot tanpa penyebab yang jelas. Gejala dari DM sangat bervariasi sehingga seringkali sulit didiagnosis.1 Pada umumnya keterlibatan kulit menyertai peradangan otot (miositis) yang mendasari penyakit ini.1 Gejala kulit termasuk ruam kemerahan yang gatal hebat pada bagian tubuh yang terpapar sinar matahari. Ruam khas pada DM disebut sebagai Heliotrope dan Gottron papula.2 Tempat tersering terjadi ruam merupakan muka, belakang tangan terutama pada buku-buku jari dan paha bagian luar. Pada kulit kepala sering ditemukan sisik dan kerontokan rambut. Gejala peradangan otot berupa kelemahan dan nyeri otot yang timbul sebelum atau sesudah munculnya gejala kulit. Seiring dengan perjalanan waktu atau tingkat keparahan penyakit, gejala sistemik pun akan timbul.1  Gejala sistemik bervariasi dengan gejala paling umum seperti pada penyakit flu yaitu rasa lemas, demam, nyeri tulang dan penurunan berat badan. Gejala lain akibat peradangan otot pada bagian tubuh tertentu termasuk sulit menelan akibat peradangan dan  kelemahan otot menelan, sulit berbicara akibat peradangan dan kelemahan otot pita suara, gangguan pernafasan akibat peradangan dan kelemahan otot pernafasan dan kelainan jantung akibat peradangan otot jantung.2 

Terapi yang dapat diberikan pada penyandang DM selain obat supresi imun merupakan terapi non-obat. Terapi non-obat yang dapat dilakukan termasuk menghindari matahari dan menggunakan tabir surya. Selain itu, olahraga dan fisioterapi berperan penting dalam terapi DM. Selama beberapa tahun terakhir, publikasi baru menyajikan bukti untuk latihan resistensi intensif sebagai pengobatan anti-inflamasi yang mendorong pertumbuhan otot sehat dan meningkatkan fungsi produksi energi oleh mitokondria pada sel otot.3 Selanjutnya, pelatihan resistensi meningkatkan aliran darah pada otot sehingga membantu mempertahankan kekuatan otot.3 Peningkatan kapasitas fisik pada DM stadium lanjut dikaitkan dengan tingkat olahraga yang lebih tinggi.3,5 Publikasi baru melaporkan perubahan aktivitas inflamasi dan kesehatan otot yang dapat menjelaskan peningkatan kapasitas fisik dan kualitas hidup dengan program latihan aerobik intensif.7 Ini menyiratkan bahwa penting untuk memulai olahraga aerobik serta latihan resistensi sejak dini untuk memiliki gaya hidup aktif secara fisik dan peningkatan kapasitas fisik di kemudian hari dalam perjalanan penyakit.3  

Pada prinsipnya, program olahraga pada DM terdiri 3 komponen, yaitu gerakan yang meningkatkan fleksibilitas (seperti peregangan), gerakan yang meningkatkan kekuatan (bekerja melawan resistensi, seperti tali resistensi atau beban ringan), dan aktivitas yang meningkatkan daya tahan (seperti bersepeda statis, berjalan atau berlari, yang meningkatkan status kardiovaskular). Target olahraga adalah aktivitas aerobik 3–4 kali seminggu selama 20 hingga 30 menit, ditambah latihan resistensi menggunakan beban ringan  2–3 kali seminggu. Setiap latihan diawali dengan latihan peregangan otot terlebih dahulu, dengan satu gerakan peregangan yang ditahan selama 20-30 detik. Jenis olahraga yang menjadi pilihan berupa olahraga yang paling disukai oleh penyandang DM karena hal ini dapat meningkatkan kepatuhan terhadap regimen olahraga dan mencegah menindaklanjutinya. Pada dasarnya, olahraga apapun merupakan olahraga yang baik selama mekanika tubuh dipertahankan dengan baik. Jika memungkinkan, penyandang DM dapat melakukan olahraga bersama dengan teman untuk meningkatkan motivasi.2,4,5,6 

j

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun

Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.

Salam sehat bermanfaat, 

Pamela Jacub, S. Ked; Rashmeeta, S. Ked 

Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI 

Referensi 

  1. DeWane ME, Waldman R, Lu J. Dermatomyositis: Clinical features and pathogenesis. J Am Acad Dermatol. 2020 Feb. 82 (2):267-281. [Medline]. Bogdanov I, Kazandjieva J, Darlenski R, Tsankov N. Dermatomyositis: Current concepts. Clin Dermatol. 2018 Jul – Aug. 36 (4):450-458. 
  1. Alexanderson H. Exercise in Myositis. Curr Treatm Opt Rheumatol. 2018;4(4):289-298. doi: 10.1007/s40674-018-0113-3. Epub 2018 Nov 23. PMID: 30613464; PMCID: PMC6299050. 
  1. Poulsen KB, Alexanderson H, Dalgård C, Jacobsen S, Weile L, Diederichsen LP. Quality of life correlates with muscle strength in patients with dermato- or polymyositis. Clin Rheumatol. 2017;36(10):2289–2295. doi: 10.1007/s10067-017-3706-6.  
  1.  Alemo Munters L, Dastmalchi M, Andgren V, Emilson C, Bergegård J, Regardt M, et al. Improvement in health and possible reduction in disease activity using endurance exercise in patients with established polymyositis and dermatomyositis: a multicenter randomized controlled trial with a 1-year open extension follow-up. Arthritis Care Res. 2013;65(12):1959–1968. doi: 10.1002/acr.22068.  
  1. Alexanderson H. Physical exercise as a treatment for adult and juvenile myositis. J Intern Med. 2016;280(1):75–96. doi: 10.1111/joim.12481.  
  1. Alemo Munters L, Alexanderson H, Crofford LJ, Lundberg IE. New insights into the benefits of exercise for muscle health in patients with idiopathic inflammatory myositis. Curr Rheumatol Rep. 2014;16(7):429. doi: 10.1007/s11926-014-0429-4.