Urtikaria merupakan penyakit kulit sejenis ruam kulit yang ditandai dengan kulit gatal, dan terdapat benjolan yang berwarna merah muda. Urtikaria kronis sendiri didefinisikan sebagai episode yang berulang setidaknya 2 kali seminggu selama periode 6 minggu. Persentase wanita lebih sering mengalami urtikaria dibandingkan dengan laki – laki. Keadaan urtikaria kronis juga dikaitkan dengan tingkat kualitas hidup yang lebih rendah. Secara klinis, lebih dari setengah pasien muncul dengan ruam kutaneus, 10% angioedema, dan 40% dengan lesi keduanya yang umumnya bertahan selama <24 jam. Kriteria terbaru dari urtikaria mengklasifikasikan urtikaria menjadi akut dan kronis yang didasarkan oleh durasi kurang/lebih dari 6 minggu. Urtikaria kronis selanjutnya disubklasifikasikan menjadi spontan (tidak ada faktor pemicu spesifik yang terlibat) dan diinduksi. Kondisi urtikaria kronis tersebut sangat memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup pasien, dan menantang dikarenakan kondisi rentan resisten terhadap pengobatan, berlangsung lama, dan idiopatik.

Manifestasi klinis dari urtikaria kronis sangat beragam, ditandai dengan tiba-tiba munculnya ruam dan atau angioderma. Ruam sendiri memiliki ciri khas yaitu adanya pembengkakan sentral dengan ukuran bervariasi, gatal hingga rasa panas terbakar, durasi cukup singkat 1-24 jam. Lesi tersebut dapat ditemukan di tubuh bagian mana saja seperti kulit kepala, telapak tangan, dan telapak kaki. Keluhan bintik urtikaria ini sangat gatal dan cenderung memiliki rasa ingin menggaruk sehingga tanda ekskoriasi tidak terlihat. Keluhan penyerta lainnya yang dapat dirasakan pada kasus urtikaria yang parah yaitu sakit kepala, pusing, suara serak, sesak nafas, mual muntah dan sakit perut.

Alternatif yang dapat dipilih yaitu mempertimbangkan untuk modifikasi diet dan mendiskusikan makanan yang diketahui berpotensi sebagai pemicu. Penelitian menunjukkan bahwa alergi terhadap makanan sebetulnya bukan pemicu urtikaria kronik seutuhnya. Alergi makanan yang dapat menyebabkan gejala kronik urtikaria termasuk alergi alpha-gal (daging) dan alergi simpleks (ikan), serta gluten yang dapat menimbulkan reaksi imunologis pada penyakit seliak. Justru intoleransi terhadap makanan pada kasus urtikaria kronis lebih sering dijumpai dibandingkan dengan alergi makanan, sehingga timbul gejala terkait makanan tersebut yang dapat direproduksi secara objektif namun tidak melibatkan mekanisme imunologis. Dengan menerapkan diet bebas pseudoalergen dan diet rendah histamin diketahui telah menghasilkan efek remisi parsial pada sebagian pasien.

Beberapa makanan yang sangat perlu dihindari adalah semua jenis makanan yang mengandung bahan tambahan seperti pengawet, pewarna, lalu menjauhi semua makanan yang diproses secara industrial yang perlu kembali diperiksa mengenai bahan-bahan yang digunakan terkait bahan tambahan yang melalui proses diawetkan, diasap, diasinkan, atau makanan yang dihangatkan kembali. Jenis makanan yang paling disarankan adalah makanan segar, yang tidak melalui suatu proses penambahan cita rasa, karena kandungan histamin dalam makanan meningkat seiring dengan bertambahnya usia atau kerusakan makanan, dengan mengonsumsi makanan segar membantu meminimalkan produksi histamin. Hindari makanan fermentasi dikarenakan makanan fermentasi mengandung histamin dalam jumlah tinggi. Alternatif lain yaitu dengan mengonsumsi makanan yang dibekukan, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa makanan yang dibekukan mengurangi pembentukan histamin sehingga dapat dipertimbangkan untuk membekukan sisa makanan, terutama daging. Mengkonsumsi susu pasteurisasi karena beberapa orang dengan intoleransi histamin tidak dapat mentolerir produk susu sama sekali. Yang terbaik adalah memilih produk segar, dipasteurisasi, dan tidak difermentasi.

Tingkat histamin dalam makanan bervariasi bergantung pada metode persiapan. Makanan yang direbus memiliki kadar histamin yang sama atau lebih sedikit daripada makanan mentah, sementara makanan yang digoreng atau panggang dapat meningkatkan kadar histamin. Berikut adalah beberapa contoh daftar makanan yang rendah histamin dan rendah pseudoalergen, seperti buah-buahan bluberi, aprikot, kranberi, apel, mangga, persik serta sayuran bawang, ubi jalar, asparagus, brokoli, labu, mentimun, bit. Selain itu produk hewani seperti mentega, krim keju, susu pasteurisasi, daging dan unggas yang baru dimasak, serta konsumsi telur aman jika dikonsumsi dalam jumlah kecil karena putih telur dapat melepaskan histamin sedangkan kuning telur aman. Hindari semua makanan laut kecuali ikan yang baru ditangkap dan dibekukan yang kemudian dimasak. Biji-bijian seperti kentang, jagung, nasi, oat. Lemak dan minyak dari lemak hewani, bumbu perasa hanya dari herbal segar dan kering seperti garam. Minuman yang disarankan adalah air putih, teh herbal (black/green tea tanpa aroma tambahan).

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun

Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.

Salam sehat bermanfaat,

Erica Harsini, S.Ked; Rashmeeta, S.Ked

Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI

Referensi

  1. Schaefer, P., 2017. Acute and Chronic Urticaria: Evaluation and Treatment. [online] Aafp.org. Available at: <https://www.aafp.org/afp/2017/0601/p717.html>
  2. Antia, C., Baquerizo, K., Korman, A., Alikhan, A. and Bernstein, J., 2018. Urticaria: A comprehensive review. Journal of the American Academy of Dermatology, 79(4), pp.617-633.
  3. Zuberbier, T., n.d. The Role of Allergens and Pseudoallergens in Urticaria. [online] Core.ac.uk. Available at: <https://core.ac.uk/download/pdf/82001758.pdf&gt;
  4. Burkhart, MD, RD, A., n.d. The Low Histamine Diet: What Is It And Does It Work?.                  [online]                  theceliacmd.                 Available                              at:
  5. nhs.uk.           n.d.           Food           allergy.          [online]           Available                       at <https://www.nhs.uk/conditions/food-allergy/>