Informasi pada artikel ini bersifat dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan perkembangan bukti-bukti ilmiah terbaru.

Hepatitis misterius atau Hepatitis of Unknown Origin merupakan hepatitis yang hingga saat ini belum jelas penyebab spesifiknya.1 Hasil laporan dari RS albama menunjukkan bahwa Adenovirus terdeteksi positif dan negatif untuk hepatitis A, B, dan C.2 Penelitian tersebut menyebutkan bahwa kasus anak yang memiliki hasil tes positif infeksi Adenovirus dan terdapat informasi koinfeksi atau infeksi bersama antara Adenovirus dan SARS-Cov2.3 WHO dan CDC mencatat tipe Adenovirus yang dapat berkaitan, yaitu Adenovirus F tipe 41.1,4

Kasus hepatitis misterius sendiri hingga saat ini sudah berkembang hingga total kasus di dunia mencapai 450 anak dengan kisaran usia 1 bulan – 16 tahun.1,5 10% anak dari seluruh pasien memerlukan transplantasi hati dan telah ditemukan kasus yang meninggal.1 Penyakit ini kemudian ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO per tanggal 15 April 2022.1 Per 21 April 2022, tercatat setidaknya 169 kasus yang telah dilaporkan di 11 negara di Eropa dann 1 negara di Amerika. Kasus telah dilaporkan di Inggris (114), Spanyol (13), Israel (12), Denmark (6), Irlandia (<5), Belanda (4), Italia (4), Norwegia (2), Perancis (2), Rumania (1), dan Belgia (1), Amerika Serikat (9).1

Di Indonesia sendiri, per 11 Mei 2022 telah diduga sebanyak 18 kasus bergejala, dimana 9 kasus masuk status klasifikasi pending, 7 discarded, 1 dalam proses verifikasi dan 1 probabel dengan provinsi DKI Jakarta yang penyebarannya ditemukan paling banyak.6

Sindroma klinis dari hepatitis misterius dibedakan menjadi gejala awal dan gejala lanjutan. Gejala awal berupa mual, muntah, diare, nyeri perut, lesu, nyeri otot/nyeri sendi, penurunan nafsu makan, demam (meskipun tidak selalu). Gejala lanjutan berupa urin berwarna pekat seperti teh, feses berwarna putih pucat, mata dan kulit kuning, gangguan pembekuan darah, kejang dan penurunan kesadaran.1,4,7

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah peningkatan enzim hati (AST atau ALT >500 IU/L) dan serologi terhadap virus hepatitis A, B, dan C. WHO merekomendasikan bahwa pengambilan sampel darah, urin, feses, swab rektal, swab nasofaring dan orofaring, serta biopsi hati (bila tersedia) dilakukan, dengan karakterisasi virus lebih lanjut termasuk sekuensing. Penyebab infeksi dan non-infeksi lainnya perlu diselidiki secara menyeluruh, meskipun Adenovirus masih merupakan tersangka utama.1

Adenovirus yang biasanya menyebabkan infeksi self-limiting yang dapat menyebar dari orang ke orang dan paling sering menyebabkan penyakit pernapasan, tetapi bergantung pada jenisnya. Virus ini juga dapat menyebabkan penyakit lain seperti gastroenteritis, konjungtivitis, dan sistitis.1

Definisi kasus hepatitis ini menurut WHO adalah sebagai berikut:1

  • Kasus terkonfirmasi: belum ada hingga saat ini
  • Kasus probabel: seseorang dengan presentasi hepatitis akut (virus non-hepatitis A-E) dengan serum AST (SGOT) atau ALT (SGPT) >500 IU/L, berusia kurang dari 16 tahun, sejak 1 Oktober 2021.
  • Kasus epi-linked: seseorang dengan presentasi hepatitis akut (virus non hepatitis A-E) dari segala usia yang memiliki hubungan kontak erat dengan kasus yang probabel sejak 1 Oktober 2021.

Hepatitis akut ini menular melalui droplet dan fecal-oral. Salah satu caranya untuk mencegah anak dari hepatitis misterius adalah dengan melakukan hal-hal yang dapat mencegah penularan. Cuci tangan dengan rutin menggunakan sabun, pastikan makanan dalam keadaan bersih dan matang, hindari bergantian alat makan dengan orang lain, hindari kontak dengan orang sakit jaga kebersihan rumah dan lingkungan dapat mencegah penularan dari saluran cerna. Menggunakan masker di tempat umum, jaga jarak dengan orang lain, kurangi mobilitas, dan hindari keramaian atau kerumunan dapat mencegah penularan melalui saluran pernapasan.4,8

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun

Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.

Salam sehat bermanfaat,

dr. Rashmeeta

Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI

Referensi:

  1. World Health Organization (23 April 2022). Disease Outbreak News; Multi-Country – Acute, severe hepatitis of unknown origin in children.
  2. Baker JM, Buchfellner M, Britt W, et al. Acute Hepatitis and Adenovirus Infection Among Children – Alabama, October 2021-February 2022. MMWR Morb Mortal Wkly Rep 2022;71:638-640
  3. Marsh K, Tayler R, Pollock L, Roy K, Lakha F, Ho A, Henderson D, Divala T, Currie S, Yirrell D, Lockhart M, Rossi MK, Phin N. Investigation into cases of hepatitis of unknown aetiology among young children, Scotland, 1 January 2022 to 12 April 2022. Euro Surveill. 2022 Apr;27(15):2200318.
  4. National Center for Immunization and Respiratory Diseases (NCIRD). Centers for Disease Control and Prevention. Children with Hepatitis of Unknown Cause. 2022.
  5. Hypotheses emerge about the causes of severe child hepatitis cases growing worldwide [Internet]. NBC News. 2022
  6. Kemenkes Temukan 18 Orang Dugaan Kasus Hepatitis Akut [Internet]. Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan RI. 2022
  7. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Hepatitis Akut Pada Anak yang Belum Diketahui Sebabnya [Internet]. Ikatan Dokter Indonesia. 2022
  8. Upaya Kemenkes Antisipasi Penyebaran Hepatitis Akut di Indonesia [Internet]. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2022