Uveitis adalah peradangan pada uvea, di mana lapisan vaskular mata terjepit di antara retina dan bagian putih pada mata (sklera). Uveitis merupakan salah satu contoh penyakit autoimun yang merupakan pembengkakan dan iritasi pada uvea, lapisan tengah mata. Uvea menyediakan sebagian besar suplai darah ke retina. Uveitis dapat disebabkan oleh gangguan autoimun, termasuk artritis reumatik atau spondilitis ankilosing. Ini juga dapat disebabkan oleh infeksi atau paparan racun. Dalam banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Bentuk uveitis yang paling umum adalah uveitis anterior, yaitu peradangan di bagian depan mata. Sering disebut iritis karena biasanya hanya mengenai iris, yaitu bagian mata yang berwarna.1

Gangguan dapat hanya mempengaruhi satu mata. Peradangan mungkin terkait dengan penyakit autoimun, tetapi kebanyakan kasus terjadi pada orang sehat. Ini paling umum pada orang muda dan setengah baya.1

Gejala dapat berkembang dengan cepat dan dapat mencakup: penglihatan kabur, gelap, bintik-bintik mengambang di penglihatan, sakit mata, kemerahan mata, dan sensitivitas terhadap cahaya. Dengan pengobatan yang tepat, sebagian besar serangan uveitis anterior hilang dalam beberapa hari hingga beberapa minggu. Namun, masalahnya sering kembali, pada anak bisa asimtomatik. Kecurigaan uveitis membutuhkan rujukan segera ke dokter mata di ruang gawat darurat untuk menyingkirkan sindrom oftalmologi lainnya dan menetapkan pengobatan awal. Ahli reumatologi kemudian bertanggung jawab atas pemeriksaan diagnostik lengkap dan harus mencari penyakit autoimun tambahan. Ini akan membantu pasien mendapatkan perawatan yang tepat, mengelola proses peradangan, dan mengurangi risiko kerusakan permanen. 2

Pemeriksaan fisik lengkap harus dilakukan setiap kali pasien menemui dokter untuk memantau komplikasi oftalmologi atau perkembangan efek samping sekunder setelah pengobatan.2

Pemeriksaan mata pasien dengan uveitis penting untuk diagnosis dan untuk menentukan terapi yang tepat. Pemeriksaan mata lengkap dengan bantuan biomikroskopi slit-lamp dan alat lainnya harus meliputi: Ketajaman visual, pemeriksaan eksternal lengkap, otot ekstraokular, pengukuran tekanan intraokular, pupil, konjungtiva, kornea, ruang anterior dan sudutnya, iris, lensa, sudut ruang anterior, vitreous, retina, koroid dan saraf optik.2

Penderita dapat mengendalikan perjalanan uveitisnya. Pertama, menggunakan kacamata hitam. Kacamata hitam bertujuan untuk mengurangi fotofobia, terutama akibat pemberian midriatikum. Kemudian dengan melakukan kompres hangat. Dengan kompres hangat, diharapkan rasa nyeri akan berkurang, sekaligus untuk meningkatkan aliran darah sehingga resorbsi sel-sel radang dapat lebih cepat. Pasien uveitis mungkin akan diberikan obat-obatan tetes mata midritikum/sikloplegik dan/atau obat-obatan anti inflamasi. Walaupun pasien telah menjalani konsultasi uveitis, tetap ada kemungkinan uveitis akan terjadi lagi. Namun, konsultasi dapat mendeteksi uveitis sejak dini. Dengan begitu, pengobatan dapat segera dilakukan dan mengurangi risiko kerusakan pada mata. Memastikan bahwa uveitis diobati dan ditangani dengan tepat waktu, mendeteksi peradangan sebelum bertambah parah dan menyebabkan kerusakan pada bagian mata, mengurangi risiko komplikasi dari uveitis, mengawasi perkembangan penyakit dan pengobatan serta mengurangi atau mencegah efek samping dari pengobatan adalah beberapa alasan untuk para penderita uveitis melakukan konsultasi secara berkala untuk mengendalikan perjalanan penyakit uveitisnya.

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun

Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.

Salam sehat bermanfaat,

Tri Ulfatul, S.Ked; dr. Rashmeeta

Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, Sp.PD, K-AI

Referensi

  1. Kanski J, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systematic approach. Edisi ke-8. Australia: Elsevier; 2016.
  2. Faiz I, Al-Shakarchi. Pattern of uveitis at a referral center in Iraq. Middle East Afr J Ophthalmol. 2015; 21(4):291–5.
  3. Pleyer U, Chee SP. Current aspects on the management of viral uveitis in immunocompetent individuals. Clin Ophthalmol. 2015;9:1017–28.