Sklerosis multipel adalah sebuah penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf pusat. Penyakit ini dapat menyebabkan terjadinya disabilitas secara fisik dan kognitif, serta cacat neurologis. Penyebab terjadinya sklerosis multipel hingga saat ini masih belum diketahui secara jelas dan pasti, akan tetapi memiliki faktor resiko seperti genetik, defisiensi vitamin D, riwayat infeksi (virus Eipstein-Barr) dan kebiasaan merokok.1,2,3

Sklerosis multipel menimbulkan gejala berdasarkan lokasi lesi dan tingkat kerusakan jaringan. Manifestasi klinis yang pada umumnya ditemukan adalah gangguan penglihatan (visus turun, pandangan ganda), vertigo, ketidakseimbangan, gangguan motorik (kelemahan otot, tremor, lemas), gangguan sensorik (hilangnya sensasi, parestesia), gangguan saluran pencernaan dan kemih (diare, konstipasi, retensi urin), gangguan kognitif (gangguan memori, kesulitan berkonsentrasi), depresi hingga kecemasan.1

Dalam kondisi sklerosis multipel, kekambuhan dapat terjadi. Kekambuhan terjadi akibat adanya peradagan atau inflamasi pada sistem saraf pusat yang merusak mielin dan mengganggu pesan dari otak ke seluruh tubuh. Gejala dari kekambuhan sklerosis multipel ini setidaknya harus berjarak 30 hari dari serangan sebelumnya.4 Pasien yang mengalami kekambuhan biasanya akan memiliki gejala neurologis baru atau gejala berulang yang konsisten dengan sklerosis multipel. Gejala yang dialami pasien akan dirasakan selama 24 hingga 48 jam dan dapat bertahan atau terjadi selama berhari-hari hingga berminggu-minggu, bahkan hingga berbulan-bulan.1

Kekambuhan dari sklerosis multipel juga dapat berupa gejala paroksismal atau kekambuhan semu. Gejala paroksismal terjadi akibat adanya peningkatan suhu tubuh pasien, sedangkan kekambuhan semu adalah perburukan dari gejala yang sedang dirasakan saat ini akibat infeksi sekunder. Sklerosis multipel juga dapat menyebabkan kekambuhan yang berat, dimana pasien akan mengalami kelemahan motorik pada tungkai (ataksia).4 Prognosis atau nilai kesembuhan dari pasien sangat bergantung pada jumlah kekambuhan yang terjadi pada pasien sclerosis multipel dalam 5 tahun pertama. Dengan jumlah kekambuhan yang lebih tinggi pada 5 tahun pertama, gejala piramidal, kekambuhan dengan berbagai gejala, keikutsertaan batang otak dan sumsum tulang belakang, mengindikasikan adanya prognosis yang buruk.5

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan peningkatan frekuensi kekambuhan dan mencetus terjadinya kekambuhan sklerosis multipel adalah infeksi sistemik, stress psikologis, merokok, kelelahan, panas, kadar vitamin D dalam tubuh yang rendah, dan pada 3 bulan pertama pasca melahirkan. Cara mencegah dan mengendalikan faktor pencetus tersebut adalah dengan menghindari kebiasaan merokok, menghindari paparan asap rokok, dan mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin D yang tinggi atau suplemen vitamin D setiap hari terutama pada pasien yang diketahui memiliki defisiensi vitamin D. Stress psikologis diketahui dapat memicu timbulnya gejala sklerosis multipel seperti kelelahan dan kebingungan. Maka dari itu, untuk mengurangi stress psikologis, pasien dianjurkan untuk mencoba melakukan yoga, meditasi, dan senam pernapasan. Pasien yang sering merasakan kelelahan yang berlebihan dikarenakan gejala sklerosis multipel yang suka membangunkan pasien pada malam hari, maka pasien bisa mencoba untuk tidur siang selama kurang lebih 20 sampai 30 menit untuk menambah energi dan juga mencoba untuk memperbaiki jam tidur pada malam hari supaya pola tidur bisa lebih teratur.Pasien juga dianjurkan untuk melakukan olahraga terutama berenang karena sekaligus memiliki efek mendinginkan kulit untuk mengurangi faktor pencetus panas. Selain itu, panas dari sinar matahari juga dinilai terlalu tajam bagi penderita sklerosis multipel, maka pasien disarankan untuk menghindari paparan sinar matahari yang berlebihan, menghindari aktivitas yang mengundang rasa panas seperti sauna. Pasien juga dapat menjaga dan membuat lingkungan rumah tetap sejuk dan sebisa mungkin menggunakan baju yang memiliki bahan yang tipis dan longgar. Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi sistemik adalah seperti menjalani pola hidup yang baik dan sehat, menerima vaksinasi influenza setiap tahunnya, memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi adalah makanan yang matang dan bersih, tidak lupa untuk mencuci tangan, dan menghindari pasien yang sedang sakit. Vaksinasi tidak dilarang untuk pasien dengan sklerosis multipel, akan tetapi pasien tidak boleh menerima vaksin dengan komposisi patogen hidup karena dapat merangsang kekambuhan pada pasien. Beberapa pengobatan yang ditujukan untuk mengobati penyakit crohn atau artritis reumatoid juga diketahui dapat memicu kekambuhan, maka perlu diperhatikan.3,5,6

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun

Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.

Salam sehat bermanfaat,

Clairine Chrestella Viliecha, S.Ked; dr. Rashmeeta

Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, Sp.PD, K-AI

Referensi

  1. Tafti D, Ehsan M, Xixis KL. Multiple Sclerosis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 2021.
  2. Ghasemi N, Razavi S, Nikzad E. Multiple Sclerosis: Pathogenesis, Symptoms, Diagnoses and Cell-Based Therapy. Cell J. 2017;19(1):1-10.
  3. Jameson JL, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J. Harrison’s Principle of Internal Medicine, 20th ed. New York: McGraw-Hill; 2018.
  4. Avasarala J. Redefining Acute Relapses in Multiple Sclerosis: Implications for Phase 3 Clinical Trials and Treatment Algorithms. Innov Clin Neurosci. 2017;14(3-4):38-40.
  5. Sevim S. Relapses in Multiple Sclerosis: Definition, Pathophysiology, Features, Imitators, and Treatments. Turk J Neurol. 2016;22:99-108.
  6. Kamel FO. Factors Involved in Relapse of Multiple Sclerosis. J Microsc Ultrastruct. 2019;7(3):103-8.