Kulit merupakan salah satu organ imunologis terbesar di tubuh manusia. Kelainan kulit yang dapat muncul seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak, urtikaria, angioedema, psoriasis, dan kelainan lepuh autoimun. Dermatitis kontak sendiri dibagi menjadi dermatitis kontak iritan (80%) dan alergi (20%). Dermatitis kontak alergi merupakan salah satu reaksi hipersensitivitas yang tipe lambat yang dapat muncul 48-72 jam setelah terpapar allergen.1

Dermatitis kontak alergi dapat menimbulkan gejala berupa gatal dan bercak kemerahan pada kulit yang merupakan salah satu eksim kulit setelah terpapar sumber alergi. Kontak berulang dengan allergen penyebab dapat menyebabkan penyakit menjadi kronis dengan membentuk plak pada kulit. Penyebab dermatitis kontak alergi pada umumnya adalah bahan kimia yang terkandung dalam alat-alat yang dikenakan seperti aksesoris, pakaian, sepatu, kosmetika, obat- obat topikal atau yang berhubungan dengan pekerjaan (semen, sabun cuci, pestisida, bahan pelarut, bahan cat atau polutan yang lain). Disamping bahan penyebab, ada faktor penunjang yang mempermudah timbulnya dermatitis kontak tersebut yaitu suhu, udara, kelembaban, dan gesekan. Lokasi timbulnya dermatitis alergi sering menjadi suatu indikator terbaik untuk mendidentifikasi agen pencetus. Misalnya, ketika ditemukan di pergelangan tangan, mungkin ruam yang muncul merupakan respon alergi pada gelang atau jam tangan. Nickel adalah penyebab umum dari dermatitis kontak alergi dan ruam akan muncul pada daerah yang memakai nikel seperti bagian leher dan daun telinga di mana kalung dan anting dipakai.1,2

Tujuan pengobatan dari dermatitis kontak alergi adalah untuk mengurangi respon inflamasi atay peradangan yang dipicu oleh reaksi hipersensitivitas tipe 4. Reaksi yang disebabkan oleh agen pencetus yang kuat mungkin membutuhkan pengobatan yang lebih agresif dan lebih agresif sebagai intensitas dermatitis akan meningkat. Mengidentifikasi dan menghindari alergen adalah pengobatan yang paling efektif. Kelembaban berdasarkan pelembab dan steroid adalah pengobatan yang lebih disukai dibandingkan krim yang mengandung berbagai bahan kimia dan pengawet.1

Cara terbaik untuk mencegah dermatitis kontak alergi adalah dengan menghindari kontak dengan alergen yang menyebabkan timbulnya gejala. Sehingga penting bagi kita untuk mengetahui penyebab ruam kulit yang muncul. Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan apabila tidak mengetahui penyebab timbulnya alergi adalah pemeriksaan tes tempel. Apabila sudah terdapat kontak antara allergen dan kulit, dapat dilakukan tindakan pembersihan kulit yang terpapar dengan air hangat dan emolien sesegera mungkin. Selain itu, untuk melindungi tangan dari terpapar allergen secara langsung dapat memakai sarung tangan karet. Selain itu, hal lainnya yang dapat dilakukan adalah menghindari dan mengganti produk-produk yang dapat mengiritasi kulit seperti produk make-up. Yang terakhir, hal yang dapat dilakukan lainnya adalah mengoleskan emolien secara sering dan dalam jumlah besar. Emolien akan menjaga kulit Anda terhidrasi dan membantu melindunginya dari alergen dan iritasi. Saat mandipun, dapat menggunakan sabun emolien daripada sabun batangan atau sabun cair biasa. Sabun batangan dan sabun cair biasa dapat menyebabkan kulit menjadi kering sehingga rentan mengalami ruam kontak.3

Hal yang penting untuk dilakukan saat mengendalikan dermatitis kontak alergi adalah berhenti menggaruk. Ruam bisa terasa gatal, tetapi menggaruk cenderung memperburuk ruam. Menggaruk juga dapat menyebabkan infeksi kulit. Rasa gatal yang muncul dapat diredakan dengan kompres dingin, obat anti gatal, atau mandi oatmeal. Untuk membuat kompres dingin, sirami air dingin di atas handuk bersih, lalu oleskan handuk dingin dan lembab ke area tersebut selama 10-15 menit beberapa kali sehari.3

Apabila dermatitis kontak dibiarkan cukup lama, dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang lebih parah. Komplikasi yang dapat muncul terkait dengan dermatitis kontak alergi melibatkan respon inflamasi. Peradangan akan berkurang dengan menghindarkan alergen. Apabila alergen masuk ke tubuh secara sistemik atau beredar dalam tubuh, akan muncul dermatitis difusa atau dermatitis yang muncul secara menyeluruh di seluruh tubuh.  Namun jangan khawatir, karena kondisi ini tidak dianggap sebagai kondisi darurat dermatologis.1

Dermatitis kontak alergi akan menjadi penyakit yang menetap pada penderitanya seumur hidup. Maka dari itu, penghindaran agen pencetus harus menjadi strategi yang perlu diingat dan dilakukan. Manajemen dari respon inflamasi adalah tujuan penting dalam pengobatan.1

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun

Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.

Salam sehat,

Stefanie Halim, S.Ked; dr. Rashmeeta

Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, Sp.PD, K-AI

Referensi

  1. Murphy PB, Atwater AR, Mueller M. Allergic Contact Dermatitis. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021.
  2. Helm, T. Allergic Contact Dermatitis: Practice Essentials, Background, Pathophysiology. [online] Emedicine.medscape.com. 2020.
  3. Paula L. Eczema types: Contact dermatitis tips for managing [Internet]. Aad.org. 2021