Urtikaria atau yang dikenal juga dengan Biduran merupakan kondisi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada kulit yang sangat mengganggu. Kondisi ini umumnya terjadi dalam bentuk ruam dengan benjolan kemerahan yang sangat gatal dan kadang-kadang mengalami pembengkakan. Pasien juga dapat merasakan rasa terbakar pada kulit yang terkena dampak. Urtikaria dapat sembuh dengan sendirinya namun dapat menyebabkan ketidaknyamanan terhadap pasiennya. Meskipun begitu, sebanyak 30% penderita urtikaria ini dapat mengalami serangan kembali dalam beberapa bulan hingga beberapa tahun kemudian. Pasien-pasien tersebut jarang menyebabkan penyakit serius hingga mengancam jiwa. Urtikaria kronik adalah serangan berulang urtikaria yang terjadi setidaknya 2 kali seminggu selama 6 minggu. Urtikaria ini dapat timbul di seluruh tubuh seperti kulit kepala, telapak tangan, dan telapak kaki. Pada kondisi parah, gejala dapat mempengaruhi seluruh badan seperti nyeri kepala, pusing, suara serak, sesak napas, mual, muntah, dan nyeri perut. (1,2)
Urtikaria kronik disebabkan karena adanya alergen dimana ia merupakan penyebab tersering urtikaria, makanan-makanan yang menyebabkan alergi (histamin tinggi), serangga, obat-obatan, rangsangan fisik (kondisi dingin, panas, tekanan, dan getaran) dan infeksi. Pada anak-anak penyebab yang paling sering menimbulkan urtikaria adalah infeksi dimana bisa infeksi virus, bakteri, dan parasit. Penyebab lain dari urtikaria kronik adalah faktor fisiologis. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kondisi stress atau depresi dapat memicu timbulnya urtikari pada individu. (2,3)
Urtikaria kronik dapat menyebabkan aktivitas harian penderita mengalami kesulitan. Dengan begitu, diperlukan penanganan yang tepat dan menyeluruh agar dapat menuntaskan masalah urtikaria pasien. Selain dengan pemberian beberapa obat, penderita urtikaria kronik juga disarankan untuk mengatur kembali asupan nutrisi sehari-harinya. Pemberian nutrisi yang tepat dapat meminimalisir perkembangan dari penyakitnya. Untuk menyesuaikan kembali asupan nutrisi penderita, perlu juga diketahui makanan-makanan yang perlu dihindari guna menghambat progresi penyakit. (4)
Makanan-makanan yang perlu dihindari adalah makanan yang umumnya memicu faktor alergi. Berdasarkan beberapa penelitian yang ada, berikut merupakan beberapa kelompok makanan yang perlu dihindari oleh penderita urtikaria kronik: (5)
- Makanan Laut (seafood)
Sebaiknya hindari semua jenis makanan laut kecuali ikan yang baru ditangkap dan dibekukan, yang lalu langsung dimasak.
- Daging
Contohnya adalah sosis yang sudah lama, daging asap, dan produk olahan daging lainnya.
- Produk Susu
Produk fermentasi susu seperti keju yang sudah lama, yogurt, sour cream).
- Sayur
Contoh sayurnya adalah tomat, bayam, terong, alpukat, produk fermentasi sayur seperti kimchi, dan sayur yang terlalu matang.
- Buah
Semua jenis buah dan olahan jus buah
- Minuman
Contoh minumannya seperti alkohol dan teh herbal
- Lainnya
Contohnya seperti semua jenis makanan yang difermentasi, bahan tambahan makanan (pewarna, pengawet, dan pemanis buatan), rempah-rempah, coklat, dan permen.
Namun pasien tetap harus diedukasi mengenai beberapa hal menyangkut membatasi makanan. Pendekatan ini mungkin hanya menguntungkan beberapa pasien, Hanya diet tertentu yang telah dipelajari secara sistematis yang perlu dipertimbangkan dan perlu minimal 3 minggu untuk melihat hasilnya. Pada akhirnya, diet eliminasi ini berpotensi menyebabkan kekurangan nutrisi pada pasien sehingga diperlukannya bantuan ahli gizi. (5)

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun
Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.
Salam sehat bermanfaat,
Evelynda Sarah Roring, S.Ked; dr. Rashmeeta
Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI
Referensi
1. Acute and Chronic Urticaria: Evaluation and Treatment [Internet].
2. Kolkhir P, Altrichter S, Munoz M, Hawro T, Maurer M. New treatments for chronic urticaria. Annals of Allergy, Asthma and Immunology. 2020 Jan 1;124(1):2–12.
3. Asero R, Tedeschi A, Marzano AV, Cugno M. Chronic urticaria: a focus on pathogenesis. F1000Res [Internet]. 2017
4. Hsu ML, Li LF. Prevalence of food avoidance and food allergy in Chinese patients with chronic urticaria. British Journal of Dermatology. 2012 Apr;166(4):747–52.
5. Panicker V, Sulaiman SP. A CROSS SECTIONAL STUDY ON THE PROFILE OF FOOD ALLERGY AMONG PATIENTS WITH CHRONIC URTICARIA IN KERALA. Original Research Article J Evid Based Med Healthc [Internet]. 2017
6. Jaros J, Shi VY, Katta R. Diet and Chronic Urticaria: Dietary Modification as a Treatment Strategy. Dermatology Practical & Conceptual [Internet]. 2020 Jan 1 [cited 2022 Jun 4];10(1).