Artritis Reumatik (AR) adalah sebuah penyakit autoimun yang bersifat kronik1 dan sering ditemukan. Lima dari 1.000 orang di dunia menderita AR2. Penyebab pasti dari AR sampai saat ini belum diketahui, namun faktor keturunan dan genetik memainkan peranan penting, demikian pula pencetus infeksi, stress, diet dan toksin lingkungan. Pada orang dengan AR terjadi serangan sistem imunitas tubuh pada sendi-sendi. Sebagai akibatnya, sendi akan meradang dan mengalami kerusakan. Pasien akan mengeluhkan nyeri dan kekakuan sendi. Sendi yang paling sering diserang adalah sendi-sendi kecil seperti sendi jari tangan, meskipun pada beberapa pasien kerusakan terjadi pada sendi-sendi besar seperti sendi pergelangan tangan, siku, bahu, panggul, dan lutut1.

Tujuan dari penanganan AR adalah meredakan gejala pasien, menghambat perburukan penyakit, serta mengembalikan kemampuan aktivitas pasien seperti pada semula. Diharapkan pasien dengan AR dapat tetap melakukan aktivitas sehari-hari tanpa perlu bantuan orang lain. Penanganan dapat berupa obat-obatan, fisioterapi, atau pembedahan.

Obat AR yang paling penting berasal dari golongan Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs (DMARD). Obat ini bertujuan untuk menghambat perburukan dari penyakit. Obat dari golongan ini yang paling sering digunakan adalah Methotrexate. Selain itu, karena AR adalah penyakit yang diperantarai oleh peradangan, maka diberikan juga obat untuk menghambat proses tersebut.  Dokter akan memilih obat yang paling tepat dengan dosis yang sesuai berdasarkan derajat keparahan AR serta penyakit lain yang dimiliki pasien3.

Selain obat-obatan, dokter juga akan menganjurkan penderita AR untuk menjalani fisioterapi. Salah satu jenis terapi yang akan diberikan adalah olahraga aerobik dan latihan rentang gerak dari sendi yang mengalami AR. Untuk fisioterapi dengan suhu panas atau dingin serta listrik belum dapat direkomendasikan karena penelitian yang ada sejauh ini tidak menemukan perbaikan yang signifikan. Jika penderita merasa kesulitan untuk mengikuti fisioterapi atau memiliki alasan lain, pasien tersebut juga dapat berolahraga sendiri dan menjaga gaya hidup agar tetap sehat. Olahraga yang direkomendasikan adalah olahraga aerobik dengan durasi 30 menit sebanyak lima kali seminggu4.

Olahraga peregangan yang dapat dilakukan untuk meredakan kekakuan pada AR

Pada penderita AR yang tidak mendapatkan perbaikan signifikan dari obat-obatan dan fisioterapi, dokter akan menganjurkan tindakan pembedahan sebagai pilihan. Jenis pembedahan disesuaikan dengan lokasi sendi yang sakit. Beberapa jenis pembedahan yang dilakukan pada pasien AR adalah perbaikan sendi, pengangkatan kapsul sendi yang meradang, penggabungan sendi, atau penggantian sendi secara seluruh. Terdapat sebuah teknik yang dinamakan dengan artroskopi dimana dokter akan melakukan pembedahan melalui sayatan yang sangat kecil sehingga mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan setelah pembedahan.6

Jika tidak ditangani, sendi yang diserang oleh AR akan mengalami kerusakan permanen. Hal ini akan menyebabkan kecacatan pada pasien dan dapat berdampak pada aktivitas dan pekerjaan. Informasi yang terkadang tidak diketahui oleh banyak orang adalah AR yang tidak ditangani dapat menyebabkan gangguan pada organ tubuh yang lain. Paru-paru adalah organ yang sering mengalami gangguan. Seperti telah disebutkan sebelumnya, AR menyebabkan peradangan dan jika tidak ditangani dan berlangsung lama dapat merusak paru-paru. Selain paru-paru, peradangan juga dapat menyebabkan serangan jantung dengan mempercepat proses penumpukan plak pada pembuluh darah koroner. Sistem imunitas tubuh juga dapat terganggu sebagai akibat dari AR yang tidak ditangani sehingga pasien lebih rentan mengalami infeksi7.

Penyakit AR adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, namun dapat dikontrol supaya pasien dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan normal. Penanganan AR memiliki prinsip yaitu semakin cepat ditangani akan semakin baik2. Maka dari itu, sebaiknya pasien segera melakukan konsultasi dengan dokter ketika mengalami nyeri dan kekakuan pada sendi untuk pertama kalinya.2. Sangat tidak dianjurkan bagi pasien untuk mencoba mengobati penyakitnya sendiri karena obat-obatan AR yang digunakan secara tidak hati-hati dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya. Pasien juga harus menerapkan gaya hidup sehat dengan berhenti merokok, mengurangi konsumsi minuman beralkohol, dan makan makanan bergizi seimbang.

Pasien diharapkan untuk kontrol secara rutin selama 1 tahun sekali atau sesuai dengan kesepakatan dokter dan pasien. Dokter juga harus meminta pasien untuk segera kontrol apabila pasien mengalami perburukan gejala, mengalami nyeri berlebih hampir setiap hari dalam 1 bulan atau nyeri tidak membaik dengan obat-obatan yang diberikan oleh dokter.

Salam sehat bermanfaat,

Tania Liestary, S. Ked; Rashmeeta, S. Ked
Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI

Referensi

1. Gou Q, Wang Y, Xu D, Nossent J, Pavlos NJ, Xu J. Rheumatoid arthritis: pathological mechanisms and modern pharmacological therapies. Bone Res. 2018;6:15.

2. Aletaha D, Smolen JS. Diagnosis and management of rheumatoid arthritis. JAMA. 2018;320:1360-72.

3. Smolen JS, Landewe RB, Bijlsma JW, Burmester GR, Dougaods M, Kerschbaumer A, et al. EULAR recommendations for the management of rheumatoid arthritis with synthetic and biological disease-modifying antirheumatic drugs: 2019 update. Ann Rheum Dis. 2020;79:685-99.

4. Hurkmans EJ, van der Giese FJ, Bloo H, Boonman DC, van der Esch M, Fluit M, et al. Physiotherapy in rheumatoid arthritis: development of a practice guideline. Acta Reumatol Port. 2011;36:146-58.

5. Williams MA, Williamson EM, Heine PJ, Nichols V, Glover MJ, Dritsaki M. Strengthening And stretching for Rheumatoid Arthritis of the Hand (SARAH). A randomised controlled trial and economic evaluation. Health Technol Assess. 2015;19:1-222.

6. Nikiphorou E, Konan S, MacGregor AJ, Haddad FS, Young A. The surgical treatment of rheumatoid arthritis. Bone Jt J. 2014;96B:10. 7. Kim JW, Suh CH. Systemic manifestations and complications in patients with rheumatoid arthritis. J Clin Med. 2020;9:2008.