Seiring dengan peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia, saat artikel ini ditulis sudah lebih dari 56 ribu kasus perhari, dan merebaknya varian Delta yang jauh lebih menular, tidak bisa dihindari akan ada banyak penyintas autoimun/alergi yang terinfeksi. Pada artikel kali ini saya akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang sering diajukan oleh kawan-kawan penyintas, semoga bisa membantu memberikan keterangan dan ketenangan. Hal pertama yang harus dilakukan, tarik napas dalaaaaaaam………., tetap tenang, yuk kita jalani bersama.
Apakah penyintas autoimun/alergi berisiko lebih tinggi saat terinfeksi Covid-19?
Penyintas autoimun/alergi dengan gangguan imunitas yang dialami, baik akibat obat-obatan maupun karena kondisi imunitasnya sendiri, mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan populasi umum untuk terinfeksi Covid-19. Namun demikian, data-data yang ada, baik dari negara-negara maju maupun dari pengalaman pasien-pasien saya sendiri, ternyata apabila terkontrol dengan baik, justru gejala yang dialami oleh para penyintas lebih ringan.
Kenapa bisa demikian? Karena pada dasarnya Covid-19 adalah virus yang memicu terjadinya reaksi inflamasi/imunitas berlebihan di dalam tubuh, sehingga komplikasi dan kematian akibat penyakit ini terjadi bukan karena infeksi virus awalnya, tapi karena reaksi sistem imun pasien. Penyintas autoimun/alergi yang dalam keadaan terkontrol, biasanya dengan obat-obatan seperti steroid, hidroksiklorokuin, imunosupresan dan vitamin D3, pada dasarnya sudah “ditumpulkan” reaksi imunitasnya, sehingga meskipun lebih mudah terkena tapi lebih rendah kemungkinan mengalami gejala dan komplikasi akibat Covid-19.
Apakah obat-obatan autoimun/alergi bisa dilanjutkan pada saat terinfeksi Covid-19?
Sejalan dengan penjelasan di atas, karena obat-obatan untuk mengendalikan autoimun bekerja untuk “menumpulkan” reaksi imunitas dan Covid-19 komplikasinya disebabkan karena reaksi sistem imun yang berlebihan, maka masuk akal untuk sebagian besar penyintas autoimun tetap melanjutkan terapi autoimun yang sedang dikonsumsi. Hal ini terutama bila anda mengalami gejala Covid-19 ringan atau sedang yang tidak memerlukan perawatan rumah sakit. Hal berbeda bisa terjadi bila anda mengalami gejala Covid-19 berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit, maka penyesuaian terapi menjadi wewenang dokter yang merawat di rumah sakit ya.
Apakah obat-obatan untuk Covid-19 aman untuk dikonsumsi oleh penyintas autoimun/alergi?
Saat ini pedoman WHO untuk Covid-19 gejala ringan/sedang yang tidak membutuhkan perawatan rumah sakit berfokus pada mengatasi gejala, pemberian suplementasi vitamin bila diperlukan dan dukungan nutrisi yang baik. Tidak ada tempat untuk pemberian antibiotik dan antiviral pada panduan WHO untuk Covid-19 gejala ringan sedang. Sehingga pada dasarnya bila bertujuan untuk membantu mengatasi gejala, seperti demam, hidung tersumbat, nyeri-nyeri otot dan gejala lainnya, obat-obatan umum yang dipakai tidak ada hambatan untuk digunakan pada penyintas autoimun/alergi. Kecuali pada kasus dimana anda memiliki reaksi alergi obat, ada baiknya konsultasi lanjut dengan dokter konsultan alergi imunologi yang merawat.
Pada Covid-19 gejala berat yang membutuhkan perawatan rumah sakit, beberapa terapi biasanya dipertimbangkan, seperti antiviral remdesivir, terapi plasma konvalesens, imunoglobulin intravena, steroid intravena dan anti IL-6 tocilizumab. Terapi dengan imunoglobulin intravena, steroid intravena dan tocilizumab merupakan terapi yang sering digunakan pada penyintal autoimun/alergi, terutama pada lupus, ITP, RA dan lain sebagainya, sehingga tidak ada hambatan untuk diberikan. Terapi antiviral dengan remdesivir pada dasarnya juga tidak ada kontraindikasi mutlak untuk diberikan pada penyintas alergi/autoimun. Kehati-hatian harus diterapkan pada pemberian terapi plasma konvalesens, pada individu autoimun dengan hipersensitivitas bisa saja terapi ini mencetuskan kekambuhan autoimunitasnya.
Apakah ada perbedaan terapi pada penyintas autoimun/alergi yang terinfeksi?
Sampai saat ini tidak ada perbedaan khusus dalam terapi Covid-19 pada penyintas autoimun/alergi. Terapi tetap mengikuti panduan WHO dengan tetap memperhatikan dan melanjutkan terapi autoimun/alergi untuk mengendalikan gejala dengan baik.
Apakah ada perhatian khusus pada penyintas autoimun/alergi yang terinfeksi?
Infeksi Covid-19 bisa menyebabkan gangguan sistem imun yang serupa dengan kondisi autoimunitas/alergi, beberapa kondisi terkait komplikasi Covid-19 seperti gangguan pembekuan darah, terbentuknya autoantibodi dan radang pembuluh darah merupakan salah satu mekanisme penyakit yang terjadi pada autoimun/alergi. Namun demikian, selama kondisi autoimun/alergi anda terkontrol tidak perlu khawatir, karena sebenarnya secara tidak langsung sudah dikontrol kemungkinan-kemungkinan terjadinya komplikasi Covid-19 dengan pengobatan yang anda konsumsi.
Namun demikian, meskipun gejala akut yang dialami mungkin lebih ringan dibandingkan populasi umum, bukan berarti tidak ada risiko jangka panjang yang mungkin terjadi. Karena imunitas yang lebih lemah, penyintas autoimun/alergi mempunyai kesulitan untuk membersihkan sisa virus Covid-19 di tubuh, yang dalam jangka panjang mungkin menimbulkan kelelahan kronik, aktivasi kondisi autoimunitas, brain fog dan berbagai gejala sindrom pasca covid lainnya. Oleh karena itu saat ini saya sangat merekomendasikan untuk penyintas autoimun yang dalam keadaan terkontrol untuk mendapatkan vaksinasi, sehingga sistem imun anda bisa mengatasi Covid-19 dengan lebih efektif dan efisien.
Apakah ada makanan atau suplemen khusus yang bisa diberikan pada penyintas yang terinfeksi?
Pada dasarnya tidak ada makanan atau suplemen khusus yang berbeda untuk penyintas autoimun/alergi yang terinfeksi Covid-19. Justru kehati-hatian harus diterapkan terhadap rekomendasi pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang menyarankan suplementasi dalam dosis tinggi. Baik itu vitamin, herbal atau makanan pada saat dikonsumsi secara berlebihan dan dalam jangka panjang tentunya potensial untuk menyebabkan terjadinya komplikasi, tidak hanya akibat hipersensitivitas imun (echinacea, propolis, dan immune booster lainnya) namun juga gangguan ginjal (vitamin D3, Vitamin C, calcium dan mineral lainnya) dan gangguan hati (jamu-jamuan dan herbal). Selalu konsultasikan dengan dokter yang merawat untuk memilihkan, menyesuaikan dan memantau suplementasi yang anda konsumsi supaya tidak terjadi masalah dikemudian hari.
Sampai saat ini tidak terbukti ada suplemen khusus yang mampu mencegah Covid-19, kecuali protokol 5M yang dijalankan dengan baik. Selain itu untuk mendukung fungsi imunitas yang baik, sampai saat ini tidak terdapat bukti ilmiah yang sahih mendukung salah satu suplemen, kecuali prinsip hidup sehat seperti olahraga, tidur cukup, makan bernutrisi seimbang, kelola stress dan pertahankan hubungan sosial dengan baik. Namun demikian, suplemen yang telah anda konsumsi sebagai bagian dari mengelola kondisi autoimun anda, seperti vitamin D3, probiotik dan antioksidan, tetap bisa dilanjutkan dengan pemantauan dari dokter yang merawat.
Persiapan apa saja yang harus dilakukan apabila seorang penyintas terinfeksi?
Bagaimana bila kita terinfeksi Covid-19? Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan:
- Hal pertama adalah tetap tenang,
- Hubungi dokter autoimun yang merawat untuk mengabarkan kondisi anda dan apakah ada penyesuaian terapi,
- Konsultasi online dengan dokter yang menangani Covid-19, bisa dengan aplikasi seperti Halodoc, GoodDoctor atau aplikasi rumah sakit tempat anda kontrol. Bila anda kontrol autoimun dengan saya, saya rekomendasikan untuk penanganan Covid-19 dengan Dr. dr. Theo A Yanto, SpPD, FINASIM (link daftar konsultasi),
- Tetap lanjutkan terapi autoimun/alergi dan terapi covid-19 sesuai arahan dokter yang merawat,
- Bila anda dirawat di rumah sediakan oksimeter nadi (pulse oxymeter), cek saturasi oksigen anda setiap 4-6 jam setiap hari (dengan atau tanpa gejala), bila kadar saturasi turun <93% anda harus segera ke IGD (utamakan IGD tempat dokter Covid-19 anda berpraktek, kalau dengan dr. Theo berarti IGD Siloam Kelapa Dua atau Siloam Karawaci),
- Bila anda harus dirawat di rumah sakit karena mengalami gejala berat, kabarkan dokter Covid-19 yang merawat anda bila anda memiliki kondisi autoimun/alergi, dokter yang merawat akan tahu apa yang harus dilakukan dan disesuaikan,
- Bila sudah lebih dari 10 hari sejak terinfeksi Covid-19 ditambah 3 hari bebas gejala, SELAMAT anda sudah sembuh dari fase akut Covid-19, tidak perlu dilakukan tes PCR ulangan untuk membuktikan virus sudah hilang. Tes PCR bisa positif sampai berbulan-bulan, karena materi genetik virus bisa saja terus ada, meskipun anda sudah tidak sakit dan menular lagi,
- Bila anda sudah sembuh, kontrol kembali ke dokter autoimun yang merawat untuk mengevaluasi kembali kondisi imunitas anda dan melakukan penanganan apabila anda mengalami gejala terkait sindrom pasca covid.
Langkah pencegahan apa saja yang bisa kita lakukan supaya tidak terinfeksi?
Melihat pembahasan panjang diatas, tentunya kita bisa paham bahwa hal yang terpenting adalah jangan sampai terinfeksi Covid-19, dan bila sampai terinfeksi sistem imun kita bisa mengatasi dengan baik sehingga tidak terjadi sindrom pasca covid. Menerapkan protokol 5M dengan baik, saat ini dengan penggunaan masker dobel (bedah di dalam, kain di luar) ditambah dengan melakukan vaksinasi segera setelah kondisi anda terkontrol, adalah cara terbaik untuk melindungi anda, keluarga dan masyarakat sekitar dari komplikasi jangka pendek dan panjang akibat Covid-19. Baca disini untuk Tanya Jawab mengenai Vaksinasi Covid-19 pada penyintas Autoimun/Alergi.
Salam sehat bermanfaat,
Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI
Diskusi lanjut dengan Dokter Imun
Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.