Asma adalah penyakit inflamasi pada saluran pernafasan yang dikaitkan dengan hipersensitivitas jalan nafas, dimana terjadi penyempitan saluran nafas yang berlebihan akibat pemicu tertentu seperti virus, allergen dan olahraga. Kekambuhan asma adalah keadaan asma yang sifatnya hilang timbul, bervariasi dari tanpa gejala hingga gejala berat yang dapat mengancam jiwa. Gejala dapat berupa mengi, sesak nafas, sesak dada dan batuk, yang dapat bervariasi intensitasnya dari waktu ke waktu. Serangan asma bersifat musiman dan cenderung untuk timbul pada malam atau dini hari. Asma adalah penyakit yang umum, dan biasanya muncul pada masa kanak – kanak.1,2

Diperkirakan juga angka kesakitan dan kematian asma akan terus meningkat terutama jika tindakan pencegahannya dan penatalaksanaannya kurang optimal. Di Indonesia, insidensi penyakit asma menduduki peringkat ke-5 penyebab kematian di Indonesia. Oleh karena itu, pengetahuan dalam mengelola dan mengontrol pencegahan kekambuhan penyakit asma sangatlah penting. Frekuensi serangan asma >4 kali/bulan diduga disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan tidak ada kemauan untuk mencegah serangan asma, serta ketidakpatuhan terhadap anjuran tenaga kesehatan untuk melakukan kontrol. 3,4

Faktor – faktor risiko yang diketahui terkait dengan asma adalah predisposisi genetic, khususnya riwayat atopi sendiri atau pada keluarga. Terdapat beberapa faktor pemicu diantaranya adalah tungau debu rumah. Tungau debu rumah termasuk allergen dalam rumah terbanyak yang tersebar diseluruh dunia yang dikaitkan dengan manifestasi alergi pada saluran pernapasan, seperti pada asma. Menurut WHO, sekitar 50 -80 persen kasus asma diseluruh dunia disebabkan oleh tungau debu rumah. Tungau debu rumah sering ditemukan ditempat tidur (sprei, kasur, bantal), karpet, lantai dan juga ditemukan diluar rumah, misalnya pada sarang burung, permukaan kulit mamalia dan binatang lainnya seperti anjing, kucing dan burung. 3,5,6

Dari semua tempat, tempat tidur merupakan habitat utama dari tungau debu rumah karena manusia menghabiskan minimal 1/3 hidupnya di kasur. Tungau menyukai tempat yang hangat dan lembap seperti bagian dalam matras dan bantal. Kelembapan di kasur diperngaruhi oleh keringat, napas air liur, dan rambut yang basah setelah mandi. Dilingkungan rumah, kelembapan udara dipengaruhi oleh jumlah penghuni rumah, kegiatan memasak dan mencuci serta keadaan ventilasi rumah. Mengingat bahwa faktor lingkungan di dalam ruangan berperan penting dalam mencetuskan alergi, maka mengurangi paparan dari faktor tersebut dapat menjadi kunci untuk menurunkan prevalensi penyakit dan insidens dari gejala asma.7

Penelitian juga mendapatkan bahwa penghuni rumah yang membersihkan rumahnya secara benar dan rutin, tidak ditemukan tungau debu rumah didalam rumahnya, dan responden tersebut hanya memiliki serangan asma 1 hingga 2 kali setiap bulan. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menghindari debu tungau rumah dengan beberapa cara seperti mengganti sprei kasur dan sarung bantal  Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menghindari debu tungau rumah dengan beberapa cara seperti mengganti sprei kasur dan sarung bantal seminggu sekali, menjemur kasur, bantal dan guling seminggu sekali, dan membersihkan perabotan rumah dengan lap basah atau dengan vacuum cleaner secara rutin.3 Selain itu, perlu diperhatikan juga mengenai kelembapak rumah, Pintu ruang mandi sebaiknya selalu dibiarkan tertutup meskipun sedang tidak digunakan, agar kelembapan rumah rendah.5

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun

Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.

Salam sehat bermanfaat, 

Juan Kevin Phenca, S. Ked; Rashmeeta, S. Ked 

Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI 

Referensi 

  1. Quirt J., Hildebrand K.J., Mazza J., Noya F., Kim H. Asthma. Allergy Asthma Clin. Immunol. 2018;14:50. doi: 10.1186/s13223-018-0279-0. 
  1. Hashmi MF, Tariq M, Cataletto ME. Asthma. National Health Service. 2021;  
  1. Rahmadatu D, Sulistyaningsih E, Agustina D. Hubungan kepadatan dermatophagoides spp dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma di rs paru Jember. 2019;19(2):64 – 71.  
  1. Astuti R, Darliana D. The Relationship Between Patients’ Knowledge and Their Effort to Prevent the Bronchial Asthma. Idea Nursing Journal. 2018;9(1). 
  1. Majawati ES, Joselyn K. Gambaran Prevalensi Tungau Debu Rumah (Penyebab Alergi dan Asma) di Kelurahan Tanjung Duren Utara Jakarta Barat. Jurnal Kedokteran Meditek. 2019;25(2):59–65.  
  1. Krzysztof S. House Dust Mites, Other Domestic Mites and Forensic Medicine. Forensic Medicine – From Old Problems to New Challenges. 2011;  
  1. El-Dib NA. House Dust Mites – What Might A Mite Do? Encyclopedia of Life Support Systems. 2009;2.