Artritis reumatik adalah peradangan sendi akibat system kekebalan tubuh yang menyerang jaringannya sendiri. Radang sendi ini menimbulkan keluhan bengkak dan nyeri sendi, serta sendi terasa kaku. Artritis reumatik lebih sering diderita oleh wanita, terutama yang berusia antara 40 hingga 60 tahun, dan biasanya terjadi simetris pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh. Gejalanya yaitu mirip dengan penyakit lain yaitu osteoarthritis. Artritis reumatik merupakan salah satu penyakit autoimun yang dipengaruhi faktor genetik. Biasanya penderita cenderung memiliki riwayat keluarga dengan penyakit yang sama. Faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan kasus artritis reumatik yaitu dibagi menjadi dua faktor, ada yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat di modifikasi yaitu adalah faktor genetic, usia, jenis kelamin. Yang dapat dimodifikasi yaitu adalah gaya hidup (merokok, banyak konsumsi daging merah, konsumsi kopi terlalu banyak), infeksi dari Eipstein Barr Virus (EBV), pekerjaan (petani, pertambangan yang memiliki paparan banyak zat kimia), faktor hormonal (perempuan dengan sindroma polikistik ovari, siklus menstruasi ireguler, menarke usia sangat muda).(1),(2)
Keluhan berupa progresif, mulai secara perlahan dalam beberapa minggu atau bulan. Sering pada keadaan awal tidak menunjukkan tanda yang jelas. Keluhan tersebut berupa keluhan umum dan keluhan pada sendi dan diluar sendi. Keluhan umum yaita badan lemah, nafsu makan menurun, peningkatan panas badan yang ringan atau penurunan berat badan, kelainan sendi terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu pergelangan tangan, lutut dan kaki (sendi diartrosis), sendi lainnya juga dapat terkena seperti sendi siku, bahu sternoklavikula, panggul dan pergelangan kaki. Keluhan sering berupa kaku sendi di pagi hari, pembengkakan dan nyeri sendi.(1)
Diet makanan tertentu dapat memiliki sifat proteksi dan memiliki sifat meningkatkan faktor risiko pada artritis reumatik. Pilihan diet yang spesifik dapat meningkatkan efek inflamasi seperti daging merah, garam, terlalu banyak masukan kalori. Sebaliknya, diet yang dapat memproteksi dari terjadinya reumatik artritis adalah minyak ikan, buah – buahan, dan kunyit. Diet barat, dikarakteristikan dengan mengonsumsi tinggi makanan daging merah, lemak trans dan tersaturasi, rendah konsumsi asam lemak omega-3:omega-6 dan tingginya konsumsai karbohidrat sehingga diet barat merupakan risiko tinggi terjadinya inflamasi dan induksi resistensi insulin dan obesitas yang berkaitan dengan terjadinya artritis reumatik.(2)
Salah satu yang dapat memproteksi dari terjadinya artritis reumatik adalah penggunaan suplemen. Suplemen seperti vitamin D setelah diteliti berperan sebagai anti-proliferasi poten antibakteri dan anti-inflamasi. Selain itu, suplemen minyak ikan yang mengandung juga sangat berperan untuk memodulasi reaksi inflamasi untuk mencegah terjadinya artritis reumatik ini. Jahe dapat digunakan sebagai suplemen karena memiliki efek anti inflamasi. Minyak borage mengandung omega6 yang memiliki kemampuan untuk memodulasi inflamasi. (3),(4),(5),(6)
Selain menghindari makanan yang bisa mencetuskan artritis reumatik, pasien dapat meningkatkan suplemen dan makanan yang memiliki efek anti inflamasi seperti yang sudah disebutkan di atas ditambah mengurangi faktor resiko yang dapat dimodifikasi seperti merokok dan obesitas.

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun
Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.
Salam sehat bermanfaat,
Vella Oktaviani, S. Ked; Rashmeeta, S. Ked
Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI
Referensi
1. Smolen JS, Aletaha D, McInnes IB. Rheumatoid arthritis. The Lancet. 2016.
2. Majithia V, Geraci SA. Rheumatoid Arthritis: Diagnosis and Management. American Journal of Medicine. 2007.
3. Yates CM, Calder PC, Ed Rainger G. Pharmacology and therapeutics of omega-3 polyunsaturated fatty acids in chronic inflammatory disease. Pharmacology and Therapeutics. 2014.
4. Khanna S, Jaiswal KS, Gupta B. Managing Rheumatoid Arthritis with Dietary Interventions. Frontiers in Nutrition. 2017.
5. Hagen KB, Byfuglien MG, Falzon L, Olsen SU, Smedslund G. Dietary interventions for rheumatoid arthritis. Cochrane Database of Systematic Reviews. 2009.
6. Volker D, Fitzgerald P, Major G, Garg M. Efficacy of fish oil concentrate in the treatment of rheumatoid arthritis. J Rheumatol. 2000;