Sindrom Guillain-Barré (GBS) adalah penyakit inflamasi pada sistem saraf tepi dan merupakan penyebab paling umum dari kelemahan tubuh, dengan angka kejadian global tahunan sekitar 1-2 per 100.000 orang per tahunnya, di mana dari kasus yang dilaporkan, laki-laki cenderung memiliki jumlah kasus yang sedikit lebih tinggi dibanding wanita.1 GBS termasuk dalam kelainan autoimun di mana sistem kekebalan tubuh akan menyerang sel-sel saraf yang sehat pada sistem saraf tepi yang salah satu fungsinya adalah untuk mengendalikan gerakan pada tubuh. Sel saraf tepi memiliki bagian yang dilapisi oleh selubung mielin yang berperan dalam mempercepat hantaran impuls listrik. Pada GBS, terjadi proses demielinisasi yang ditandai dengan terjadinya kerusakan pada selubung ini. Tidak hanya selubung mielin yang terganggu, kerusakan juga bisa saja menyerang batang yang diselubunginya.2,5 Gejala utama yang sering dijumpai pada pasien dengan GBS adalah kelemahan pada kedua sisi tungkai yang pada beberapa kasus dapat berkembang secara progresif menjadi kelumpuhan dan juga berkurangnya refleks.3,4
Penyebab dari GBS sendiri belum jelas, namun beberapa jurnal mengatakan bahwa terjadinya GBS diawali oleh adanya infeksi sebelumnya pada saluran pernapasan atau pencernaan. Infeksi yang menyebabkan kondisi tersebut bisa merupakan infeksi bakteri maupun virus, sehingga terkena infeksi dari bakteri atau virus menjadi faktor risiko dari timbulnya Sindrom Guillain-Barré.5 Infeksi bakteri Campylobacter Jejuni menjadi predominan infeksi bakteri yang mendahului munculnya gejala GBS dengan angka 20-50% pada orang dewasa dengan frekuensi yang lebih tinggi di negara Asia.5 Beberapa virus yang sudah diasosiasikan dengan kejadian GBS adalah Epstein-Barr Virus, Cytomegalovirus, Influenza, HIV, Zika dan bahkan yang terbaru, sudah ada beberapa penelitian yang menemukan gejala GBS pada pasien-pasien dengan COVID-19.6,7
Bagaimana dengan pengobatan untuk GBS? Prinsip pengobatan dari GBS sendiri adalah menangani antibodi yang menyerang sistem saraf tepi agar bisa mengurangi gejala yang ada serta mempercepat pemulihan. Terapi pertama yang bisa dilakukan adalah pemberian antibodi yaitu immunoglobulin secara intravena (IVIg). Dengan metode ini, antibodi dari seorang individu yang sehat akan diambil dan diberikan kepada pengidap Sindrom Guillain-Barré dengan harapan bahwa antibodi tersebut akan membantu untuk melawan immunoglobulin pengidap GBS dan bisa meredakan gejala. IVIg bersifat immunomodulator, obat yang dapat menstimulasi respons imun dalam tubuh. Selain IVIg, dapat juga dilakukan yang namanya plasmaferesis atau penggantian plasma. Metode plasmaferesis ini bekerja dengan cara menyaring plasma yang mengandung antibodi jahat yang menyerang sistem saraf tepi. Setelah bersih, akan kembali dimasukkan ke dalam tubuh dengan harapan bisa terbentuknya plasma baru yang sehat. Selain kedua metode pengobatan tersebut, fisioterapi juga sangat penting bagi pengidap GBS. Otot-otot yang melemah karena terjadi immobilisasi perlu kembali dilatih secara perlahan. Pada pasien dengan ganguan bicara dan kesulitan menelan bisa dilakukan terapi wicara. Perlu juga dipantau hemodinamik pasien, serta pemberian obat-obatan untuk menghilangkan rasa nyeri dan mencegah terjadinya pembekuan darah juga dapat diberikan.1,3,4

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun
Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.
Salam sehat bermanfaat,
Muhammad Farhan Noor, S. Ked; Rashmeeta, S. Ked
Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI
Referensi
- Leonhard SE, Mandarakas MR, Gondim FA, Bateman K, Ferreira ML, Cornblath DR, et al. Diagnosis and management of Guillain–Barré syndrome in ten steps. Nature Reviews Neurology. 2019;15(11):671–83.
- Nguyen TP, Taylor RS. Guillain Barre Syndrome. [Updated 2020 Nov 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532254/
- Doets AY, Jacobs BC, van Doorn PA. Advances in management of Guillain–Barré syndrome. Current Opinion in Neurology. 2018;31(5):541–50.
- Michael T Andary MD. [Internet]. Guillain-Barre Syndrome Treatment & Management: Approach Considerations, Prehospital and Emergency Department Care, ICU Treatment. Medscape; 2021 [cited 2021Apr2]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/315632-treatment#d12
- Willison HJ, Jacobs BC, van Doorn PA. Guillain-Barré syndrome. The Lancet. 2016;388(10045):717–27.
- Rahimi K. Correction to: Guillain-Barre syndrome during COVID-19 pandemic: an overview of the reports. Neurological Sciences. 2020;41(11):3375–.
- Caress JB, Castoro RJ, Simmons Z, Scelsa SN, Lewis RA, Ahlawat A, et al. COVID‐19–associated Guillain‐Barré syndrome: The early pandemic experience. Muscle & Nerve. 2020;62(4):485–91.