Konjungtivitis merupakan peradangan pada selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata, yang disebut konjungtiva. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, seperti mata merah.
Konjungtivitis alergi merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap alergen. Di negara-negara maju, 20-30% populasi mempunyai riwayat alergi, dan 50% individual tersebut mengidap konjungtivitis alergi. Konjungtivitis alergi bisa berlangsung dari peradangan ringan seperti konjungtivitis alergi musiman, bentuk kronis, atau berkepanjangan yang berat seperti keratokonjungtivitis alergi. Pada sebagian besar penderita, konjungtivitis alergi merupakan bagian dari sindroma alergi yang lebih luas, misalnya rinitis alergi musiman. Tetapi konjungtivitis alergi bisa terjadi pada seseorang yang mengalami kontak langsung dengan zat-zat di dalam udara, seperti serbuk sari, spora jamur, debu dan bulu binatang.
Gejala yang mendasar adalah rasa gatal, gejala lain yang menyertai meliputi mata berair, sensitif pada cahaya, rasa pedih terbakar, bengkak pada kelopak dan daerah mata, dan perasaan seolah ada benda asing yang masuk. Terdapat pertumbuhan papil yang besar (dengan bentuk cobble stone) yang diliputi sekret yang kental. Selain itu, dapat ditemukan pembesaran papil tersebut pada mata yang dapat membentuk jaringan, dengan Trantas dot yang merupakan degenerasi lapisan kornea atau penumpukan sel eosinofil di lapisan kornea, terbentuknya pannus. Tanda karakteristik lainnya adalah terdapatnya papil besar pada konjungtiva, mata merah, datang bermusim, yang dapat mengganggu penglihatan. Walaupun penyakit alergi pada konjungtiva sering sembuh sendiri akan tetapi dapat memberikan keluhan yang memerlukan pengobatan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma, limfosit, dan basofil yang meningkat. Dapat juga dilakukan pemeriksaan tes alergi untuk mengetahui penyebab dari alerginya itu sendiri
Komplikasi pada konjungtivitis alergi sangat jarang terjadi. Namun penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi berupa ulkus kornea (keratoconus) atau tukak pada lapisan kornea. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan parut yang dapat mengganggu penglihatan.
Pada konjungtivitis giant papillary, iritasi secara berkepanjangan akan menyebabkan keratitis yaitu inflamasi pada kornea dan dapat menyebabkan kebutaan permanen karena terjadi ulserasi atau luka pada permukaan kornea. Pada keratokonjungtivitis vernal juga dapat menyebabkan keratitis jika tidak ditatalaksana. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mengendalikan konjungtivitis alergi. Pasien tidak disarankan untuk menggosok mata, karena dengan menggosok mata akan menyebabkan degranulasi dari sel mast dan memperburuk gejala yang terjadi pada pasien. Pasien juga dianjurkan untuk melakukan kompres dingin untuk meringannya bengkak pada kelopak mata dan daerah sekitar mata. Penggunaan air mata buatan juga dapat membantu untuk menghilangkan alergen. Pasien dengan konjungtivitis alergi tidak disarankan untuk menggunakan lensa kontak. Hal ini dikarenakan lensa kontak dapat menjadi media yang baik untuk menempelnya alergen. Pasien juga sebisa mungkin menghindari pajanan alergen. Pasien dengan alergi dengan tungau debu rumah disarankan untuk sering membersihkan rumah dengan vacuum juga mengganti sarung bantal, selimut, maupun sprei. Barang-barang yang dapat menyimpan debu seperti karpet, boneka, dan tirai harus sering dibersihkan juga.
Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh dengan sendirinya, namun dapat pula prognosis penyakit ini menjadi buruk bila terjadi komplikasi yang diakibatkan oleh penanganan yang kurang baik.

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun
Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.
Salam sehat bermanfaat,
Gabrielle Natasya, S. Ked; Rashmeeta, S. Ked
Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI
Referensi
- Bilkhu PS, Wolffsohn JS, Naroo SA, et al. Effectiveness of nonpharmacologic treatments for acute seasonal allergic conjunctivitis. Ophthalmology 2014; 121:72.
- Spector SL, Raizman MB. Conjunctivitis medicamentosa. J Allergy Clin Immunol 1994; 94:134.
- Abelson MB, Allansmith MR, Friedlaender MH. Effects of topically applied occular decongestant and antihistamine. Am J Ophthalmol 1980; 90:254.
- Ilyas S. Mata merah dengan penglihatan normal. Ilyas S, editor. Dalam: Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-3. Jakarta: FKUI; 2009. h116-46.
- Vaughan, Daniel G., Asbury Taylor, Riordan Eva-Paul. Ofthalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika ; 2000. h. 5-6, 115
- Stiehm ER, Ochs HD, Winkelstein JA. Immunodeficiency disorders: General considerations. In: Immunologic disorders in infants and children, Stiehm ER, Ochs HD, Winkelstein JA (Eds), Elsevier Saunders, Philadelphia 2004. p.423.
- Rosario N, Bielory L. Epidemiology of allergic conjunctivitis. Curr Opin Allergy Clin Immunol 2011; 11:471.