Rhinosinusitis alergi adalah peradangan pada rongga hidung dan sinus paranasal yang disebabkan oleh alergen, seperti serbuk sari, debu, jamur atau serpihan kulit dari hewan tertentu.1 Rhinosinusitis alergi biasanya menyebabkan gejala seperti pilek, bersin, rasa gatal pada, dan hidung tersumbat atau berair. Gejala-gejala seperti ini biasanya mulai muncul sesaat setelah terpapar alergen. Beberapa orang dengan rinosinusitis alergi mungkin memiliki gejala ringan yang dapat dengan mudah dan efektif diobati. Namun tidak jarang juga gejalanya bisa menjadi parah dan berlangsung terus-menerus, sehingga dapat menyebabkan masalah tidur dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala rhinosinusitis mungkin dapat berlangsung sebentar, namun bisa juga membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun untuk dapat mengontrol gejala dari rhinosinusitis alergi.2

Bagi penderita rhinosinusitis alergi, ternyata ada beberapa makanan yang perlu diperhatikan agar tidak membuat kondisinya menjadi lebih buruk. Hindari produk susu jika pernah mengalami infeksi sinus sebelumnya. Cobalah untuk menghindari gula halus karena sifatnya yang pro-inflamasi dan dapat meningkatkan produksi lendir. Makanan lain yang harus dihindari termasuk tomat (karena mengandung histamin), cokelat, keju, gluten, dan buah-buahan seperti pisang, yang dapat menyebabkan kongesti atau hidung tersumbat.

Selama beberapa generasi, produk susu telah dianggap meningkatkan produksi lendir dan dahak. Dalam satu studi acak, ditemukan hasil bahwa peserta dalam kelompok non-dairy mengalami penurunan yang signifikan dalam sekresi lendir hidung dibandingkan dengan peserta dalam kelompok susu.3

Diet tinggi gula halus, seperti soda, permen, dan makanan yang dipanggang (tetapi bukan gula alami yang ditemukan dalam buah), dapat memperburuk gejala sinusitis dengan meningkatkan peradangan.

Beberapa bukti menunjukkan bahwa diet tinggi gula dapat memperburuk gejala sinus dan meningkatkan peradangan pada anak-anak dengan gejala sinus, serta mengurangi konsumsi gula tambahan dapat membantu memperbaiki gejala dan kualitas hidup penderita rhinosinusitis alergi.4

Selanjutnya adalah makanan dengan kandugan histamin. Sel darah putih tubuh dapat menghasilkan histamin untuk membantu melawan zat alergen. Histamin juga ditemukan di sejumlah makanan.5 Pada orang yang sehat, histamin yang dikonsumsi melalui makanan dengan cepat dipecah. Namun, mereka yang memiliki intoleransi histamine, proses pemecahan menjadi kurang efektif, yang menyebabkan penumpukan di tubuh. Penumpukan ini dapat menyebabkan banyak gejala, termasuk yang berhubungan dengan sinusitis, seperti bersin, hidung tersumbat, pilek, dan kesulitan bernapas. Jadi, jika seseorang memiliki intoleransi histamin, makan makanan tinggi histamin dapat memperburuk gejala. Contoh makanan tinggi histamin, yaitu sebagian besar daging olahan (sosis, salami, dan ham), ikan kering atau diawetkan dan saus ikan, sayuran tertentu: tomat, alpukat, dan terong, buah kering (kismis dan apricot). Cokelat makanan fermentasi (asinan kubis, kimchi, yogurt, dan cuka), kombucha dan alkohol.

Selanjutnya yaitu makanan dengan kandungan salisilat. Salisilat umumnya merupakan senyawa bermanfaat yang ditemukan di banyak makanan, seperti kacang-kacangan (buncis dan lentil), sayuran (kembang kol dan acar sayuran), buah-buahan (stroberi, semangka, plum, dan raspberry), biji-bijian: gandum, jagung, dan soba. Bumbu dan rempah-rempah tertentu: rosemary, thyme, paprika, dan kunyit. Dalam satu studi, ditemukan hubungan antara asupan tinggi makanan salisilat dan gejala sinusitis yang memburuk pada orang dengan sinusitis kronis dengan polip hidung.6

Meskipun berpotensi dapat memperburuk kondisi rhinosinusistis alergi, namun bukan berarti tidak boleh sama sekali mengkonsumsi makanan yang disebutkan di atas. Batasi jumlahya, makan secukupnya dan jangan berlebihan.

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun

Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.

Salam sehat bermanfaat,

Annette Patricia, S.Ked; Rashmeeta, S.Ked

Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI

Referensi

1. Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020. Rhinology. 2020;58(Suppl S29):1-464.

2. Hoyte FCL, Nelson HS. Recent advances in allergic rhinitis. F1000Research. 2018;7. https://doi.org/10.12688/f1000research.15367.1 F1000 Faculty Rev-1333.

3. Frosh, A., Cruz, C., Wellsted, D. and Stephens, J., 2018. Effect of a dairy diet on nasopharyngeal mucus secretion. The Laryngoscope, 129(1), pp.13-17.

4. Wei, J., 2015. Chronic nasal dysfunction in children. Current Opinion in Otolaryngology & Head and Neck Surgery, 23(6), pp.491-498.

5. 1. Tuck C, Biesiekierski J, Schmid-Grendelmeier P, Pohl D. Food Intolerances. Nutrients. 2019;11(7):1684.

6.Philpott C, Smith R, Davies-Husband C, Erskine S, Clark A, Welch A et al. Exploring the association between ingestion of foods with higher potential salicylate content and symptom exacerbation in chronic rhinosinusitis. Data from the National Chronic Rhinosinusitis Epidemiology Study. Rhinology journal. 2019;0(0):0-0.