Behcet merupakan sebuah penyakit radang pembuluh darah yang ditandai oleh manifestasi klinis berupa lesi pada mulut, genitalia dan mata. Selain dari gejala tersebut, penyakit ini juga bisa ditandai dengan lesi di kulit, peradangan sendi, penyakit pembuluh darah lainnya, penyakit saluran pencernaan dan gangguan saraf. Penyakit ini juga dikenal dengan istilah Silk Road Disease karena prevalensi penyakit ini paling tinggi di negara sepanjang garis utara ekuator. Pada umumnya penyakit ini menyerang usia dewasa muda dengan puncak di usia 25-30 tahun. Penyakit Behcet sendiri hingga saat ini belum memiliki pemeriksaan yang dapat menjadi standar baku emas untuk diagnosis. 1,2

Penyebab dari penyakit Behcet diduga berasal dari interaksi antara faktor genetik internal yang terpicu oleh faktor eksternal seperti infeksi. Contoh infeksi yang dapat mencetuskan reaksi autoimunitas tersebut adalah infeksi herpes simplex virus (HSV), Streptococcus dan Staphylococcus. Individu dengan gen HLA-B51 memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit Behcet dibanding yang tidak memiliki gen tersebut.1,3

Bagaimana dengan pengobatan Behcet? Tatalaksana yang dilakukan saat ini memiliki tujuan untuk meringankan gejala, mempertahankan remisi, serta mencegah dan menghambat dari perburukan penyakit. Pemilihan pendekatan terapi berdasarkan kondisi individual pasien dengan mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit dan keterlibatan organ. 3

Prinsip utama terapi adalah untuk menghilangkan reaksi inflamasi dan mencegah terjadinya komplikasi yang ireversibel. Penggunaan terapi imunosupresan hanya apabila kondisi berat, mengancam nyawa atau jika terdapat manifestasi klinis pada kulit dan sendi. Berdasarkan manifestasi klinis, penyakit Behcet dapat diberikan terapi berupa antibiotik topikal, kortikosteroid topikal, anestesi topikal pada manifestasi pada kulit, terapi kortikosteroid topikal ditambah dengan agen midriatik atau sikloplegik pada manifestasi mata, terapi kolkisin, obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) pada manifestasi pada sendi, kortikosteroid sistemik pada manifestasi pembuluh dan saraf dan sulfasalazine pada manifestasi saluran pencernaan. Selain itu obat sistemik prednisolone dapat digunakan pada ibu hamil karena tidak memberikan efek samping berat pada kehamilan. Pada kasus persisten dapat dipertimbangkan beberapa pilihan terapi seperti imunomodulator (pengubah respons imun) yaitu azathioprine atau cyclosporine, imunosupresan (penekan respons imun) seperti methotrexate atau cyclophophamide dan obat anti-tumor nekrosis faktor seperti Infliximab.4 Tentunya terapi untuk Behcet dapat diberikan hanya setelah konsultasi dengan dokter spesialis.

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun

Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun

Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.

Salam sehat bermanfaat,

Johannes Ivan Aswarie, S. Ked; Rashmeeta, S. Ked

Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI

Referensi

  1. Nair JR, Moots RJ. Behcet’s disease. Clin Med J R Coll Physicians London. 2017;17(1).
  2. Zeidan MJ, Saadoun D, Garrido M, Klatzmann D, Six A, Cacoub P. Behçet’s disease physiopathology: a contemporary review. Autoimmun Highlights. 2016;7(1).
  3. Quint AAAGPBJM. Behcet Disease. 2021 Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470257/
  4. Antonieta M, Scherrer R, Rocha VB, Campos Garcia L. Continuing mediCAl eduCAtion Behçet´s disease: review with emphasis on dermatological aspects*. An Bras Dermatol. 2017;92(4).
  5. Yazici Y. Management of Behçet syndrome. Vol. 32, Current Opinion in Rheumatology. 2020.