Polymyositis adalah salah satu jenis dari idiopathic inflammatory myopathies (IIM) atau sering disebut sebagai myositis, yaitu gangguan peradangan pada otot atau jaringan lainnya tanpa diketahui sebabnya. Polymyositis menimbulkan gejala kelemahan otot yang semakin memburuk dalam waktu beberapa minggu atau bulan. Kelemahan otot biasanya terjadi pada leher, bahu, lengan atas, panggul, atau paha. Kelemahan otot dapat disertai nyeri, serta gangguan menelan dan peradangan pada jaringan jantung dan paru-paru. Gejala-gejala dari polymyositis ini menurunkan kualitas hidup penderitanya karena mengganggu aktivitas sehari-hari. Polymyositis adalah suatu penyakit yang dapat diobati, dan sebagian orang dapat pulih sepenuhnya.1,2

Pengobatan yang dapat diberikan untuk polymyosistis adalah kortikosteroid, imunosupresan, immunoglobulin secara intravena (IVIg), atau agen biologis. Penggunan glukokortikoid (steroid) seperti prednisolon adalah pengobatan utama pada polymyositis, obat ini bekerja dengan meredakan inflamasi dan respon imun. Efek samping dari penggunaan steroid jangka panjang adalah kenaikan berat badan yang terdistribusi ke bagian wajah atau “moon face”, kulit yang menipis, mudah terinfeksi, osteoporosis, kencing manis, dan darah tinggi. 1-3

Imunosupresan (yang menekan aktivitas imun) seperti methotrexate (MTX), azathioprine (AZA), atau cyclosporine (CsA) dapat diberikan dengan glukokortikoid jangka panjang untuk meminimalisir efek samping dari steroid atau tidak membaik dengan pemberian glukokortikoid saja. Efek samping dari penggunaan immunosupresan adalah risiko infeksi, karena respon imun tubuh yang ditumpulkan. Efek samping lainnya adalah penurunan sel darah putih, fungsi hati yang menurun, gejala saluran cerna seperti mual atau muntah, keganasan, atau jaringan parut pada paru-paru. Pemberian obat-obatan ini harus dihindari selama kehamilan. 1,2,4

Immunoglobulin intravena (IVIg) adalah pengobatan alternatif atau tambahan apabila penggunaan glukokortikosteroid dan imunosupresan tidak efektif. IVIg adalah immunoglobulin dari plasma darah yang diperoleh dari donor yang sehat, IVIg bekerja untuk menghentikan produksi antibodi perusak. IVIg memiliki efek samping seperti alergi, sakit kepala, demam, penggumpalan darah, dan pecahnya sel darah merah.1,2

Agen biologis seperti rituximab (RTX) dapat dipertimbangkan apabila pemberian imunosupresan dan IVIg tidak efektif. Rituximab adalah antibodi monoklonal yang menurunkan sel B. Efek samping dari rituximab yang paling sering terjadi adalah infeksi, baik dari virus ataupun bakteri, sehinga direkomendasikan untuk vaksinasi pneumokokus dan influenza. Efek samping lainnya adalah gangguan pada jantung, sehingga dihimbau untuk memantau kerja jantung setelah infuse rituximab. Selain pemberian obat-obatan, pengobatan dari polymyositis juga dapat dibantu dengan fisioterapi.2,5 Diharapkan untuk konsultasi terlebih dahulu kepada dokter yang merawat sebelum mengonsumsi obat-obatan polymyositis.

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun

Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.

Salam sehat bermanfaat,

Caroline Ratnasari Sarwono, S.Ked; Winona Jennifer, S.Ked; dr. Rashmeeta

Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, Sp.PD, K-AI

Referensi

  1. Schmidt J. Current Classification and Management of Inflammatory Myopathies. J Neuromuscul Dis. 2018;5(2):109-129.
  2. Barsotti S, Lundberg IE. Current Treatment for Myositis. Curr Treatm Opt Rheumatol. 2018;4(4):299-315.
  3. Kohsaka H, Mimori T, Kanda T, Shimizu J, Sunada Y, Fujimoto M et al. Treatment consensus for management of polymyositis and dermatomyositis among rheumatologists, neurologists and dermatologists. The Journal of Dermatology. 2018;46(1):e1-e18.
  4. Sasaki H, Kohsaka H. Current diagnosis and treatment of polymyositis and dermatomyositis. Modern Rheumatology. 2018;28(6):913-921.
  5. Pipitone N, Salvarani C. Up-to-date treatment and management of myositis. Current Opinion in Rheumatology. 2020;32(6):523-527.