Sindrom autoimun inflamasi yang diinduksi oleh adjuvant (ASIA), juga dikenal sebagai sindrom Shoenfeld, adalah kondisi autoimun yang terjadi setelah paparan zat dengan aktivitas adjuvant. Adjuvant merupakan suatu molekul biologis eksternal yang dapat merangsang dan menimbulkan peningkatan reaksi dari sistem imun di tubuh manusia. Adjuvan meningkatkan kerja imun dengan mengaktivasi reseptor imun yang pada umumnya adalah reseptor untuk inisiasi dari sistem imun kekebalan terutama pada vaksin. Adjuvan dapat ditemukan dalam bentuk zat molekul seperti minyak, lemak, garam mineral dan zat kimia tertentu seperti implan silikon. Salah satu contoh penggunaan adjuvant pada bidang medis, yaitu vaksin, adalah aluminium pada vaksin tetanus, difteri, hepatitis A dan B, haemophilus influenza atau pneumokokus. Zat kimia lain seperti asam hialuronat, paraffin cair dan akrilamida juga dapat berperan sebagai adjuvant yang dapat menyebabkan ASIA. Munculnya sindrom ASIA dikaitkan dengan genetik individu, dan paparan faktor eksternal yang memicu autoimunitas.1,2
Penyebab ASIA adalah interaksi pembawa genetik dengan faktor pencetus yaitu adjuvant. Manifestasi klinis yang dapat dikeluhkan oleh pasien secara umum adalah kelelahan secara persisten, pegal linu, sengi kaku, gejala neurologis, gangguan kognitif atau hilang ingatan serta mulut kering. Untuk menegakkan diagnosa ASIA, pasien harus memiliki satu kriteria mayor + dua kriteria minor atau dua kriteria mayor. Kriteria mayor adalah paparan terhadap infeksi, vaksin, adjuvant atau silikon sebelum terjadinya manifestasi klinis, perbaikan saat agen adjuvant ditiadakan, serta biopsi histologi yang menunjukkan hasil normal. Sedangkan kriteria minor adalah ditemukannya gen HLA spesifik seperti munculnya autoantibodi yang diarahkan pada adjuvant yang dicurigai, manifestasi klinis lain seperti irritable bowel syndrome (IBS) serta perkembangan penyakit autoimun seperti multiple sclerosis (MS) atau scleroderma and systemic sclerosis (SSc).3,4
Beberapa penelitian untuk menemukan suplemen bagi penderita ASIA telah menemukan bahwa suplemen yang mengandung quercetin sangat bermanfaat. Quercetin dilaporkan memberikan efek anti-inflamasi yang kuat, dan tidak hanya dapat diberikan untuk penderita ASIA namun juga untuk penderita autoimun yang lain seperti lupus, rheumatoid arthritis, dan juga penyakit radang usus. Quercetin dapat ditemukan pada bawang, apel, anggur, beri, brokoli, buah jeruk, ceri, teh hijau, kopi, dan anggur merah. Oleh sebab itu, individu-individu dengan penyakit autoimun seperti ASIA dapat dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen atau makanan yang mengandung komponen-komponen tersebut.2,3,4
Selain dari pada suplemen quercetin terdapat beberapa suplemen lain yang dapat bermanfaat untuk dikonsumsi penderita ASIA. Akar gingseng yang memiliki kandungan zingerone dan gingerol, dan kulit buah citrus (seperti jeruk dan jeruk bali) dengan kandungan flavonoid glikosida serta terpenoids merupakan suplemen yang apabila digunakan dalam dosis rendah maka dapat membantu dalam meredakan inflamasi dalam tubuh manusia dan mencegah terjadinya ASIA atau autoimun lainnya.5,6
Kombinasi terapi yaitu dengan menggunakan terapi alternatif dan terapi medis secara bersamaan dapat membuat tatalaksana pada ASIA menjadi lebih baik. Meskipun terapi medis serta suplemen dapat memperingan gejala, hal yang sangat penting untuk dilakukan penderita ASIA adalah untuk menghindari pencetus.

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun
Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.
Salam sehat bermanfaat,
Anderson Cenweikiawan, S.Ked; Matthea Thessa Ophira; S.Ked, dr. Rashmeeta
Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI
Referensi
- Watad A, Sharif K, Shoenfeld Y. The ASIA syndrome: basic concepts. Mediterranean Journal of Rheumatology. 2017;28(2):64-69.
- Shen P, Lin W, Deng X, Ba X, Han L, Chen Z et al. Potential Implications of Quercetin in Autoimmune Diseases. Frontiers in Immunology. 2021;12.
- Ajmani S. Autoimmune/autoinflammatory syndrome induced by adjuvants: what is it and why the controversy? Indian J Rheumatol [Internet]. 2019 Dec 1;14(5):S76–81. Available from: https://www.indianjrheumatol.com/article.asp?issn=0973-3698;year=2019;volume=14;issue=5;spage=76;epage=81;aulast=Ajmani
- Manios Y, Kourlaba G, Kafatos A, Cook TL, Spyridaki A, Fragiadakis GA. Associations of several anthropometric indices with insulin resistance in children: The Children Study. Acta Paediatr Int J Paediatr. 2008;97(4):494–9.
- Dudics S, Langan D, Meka RR, Venkatesha SH, Berman BM, Che CT, et al. Natural products for the treatment of autoimmune arthritis: Their mechanisms of action, targeted delivery, and interplay with the host microbiome [Internet]. Vol. 19, International Journal of Molecular Sciences. MDPI AG; 2018. Available from: /pmc/articles/PMC6164747/
- Na S, Janakiraman M, Leliavski A, Krishnamoorthy G. High-salt diet suppresses autoimmune demyelination by regulating the blood–brain barrier permeability. Proceedings of the National Academy of Sciences. 2021;118(12):e2025944118.