Rhinosinusitis adalah kondisi yang ditandai dengan peradangan pada rongga hidung dan sinus. Pasien pada umumnya memiliki gejala pilek, hidung tersumbat, nyeri pada wajah, atau gangguan fungsi penciuman. Kondisi ini dapat terjadi secara akut maupun kronik. Terkadang dokter perlu melakukan pemeriksaan endoskopi untuk melihat adanya kelainan pada rongga hidung. 1

Penyebab pada sebagian besar kasus rhinosinusitis adalah infeksi bakteri atau virus.1 Tatalakana rhinosinusitis bertujuan untuk mengatasi kedua penyebab ini, dan dibagi berdasarkan waktu berlangsungnya dan juga penyebabnya. Metode pengobatan utama yang digunakan adalah steroid semprot, antibiotik, dan irigasi hidung. Untuk rhinosinusitis akut, dokter akan mencari tahu apakah kondisi ini disebabkan oleh bakteri atau virus. Apabila terdapat gejala dan tanda infeksi bakteri seperti lendir hijau, nyeri hebat, dan demam tinggi, maka dokter akan memberikan antibiotik. Jenis antibiotik yang menjadi pilihan pertama adalah amoksisilin. Dokter juga akan memberikan steroid semprot untuk hidung. Obat ini bertujuan untuk meredakan proses peradangan yang terjadi pada rongga hidung. Apabila tidak terdapat perbaikan pada gejala maka antibiotik dan obat-obatan lainnya perlu diberikan dengan infus.

Untuk rhinosinusitis kronik, tatalaksana tergantung pada keberatan atau keringanan gejala. Pasien dengan gejala ringan dapat diobati dengan steroid semprot dan irigasi nasal. Sementara pada pasien dengan nyeri hebat dan hidung tersumbat yang lebih berat atau adanya temuan kelainan lapisan hidung, membutuhkan tatalaksana tambahan. Dokter biasa akan meminta pemeriksaan tambahan dengan CT-scan untuk menilai rongga sinus pasien. Pasien dengan gejala berat dapat membutuhkan tambahan antibiotik atau bisa sampai dilakukan tindakan bedah.2

Tindakan pembedahan pada rhinosinusitis yang dilakukan adalah functional endoscopic sinus surgery atau yang disingkat dengan FESS. Tujuan dari pembedahan adalah untuk melegakan saluran sinus sehingga lendir yang tersumbat dapat keluar. Pada tindakan ini dilakukan sayatan secara luas tidak dilakukan karena terdapat alat khusus, endoskopi, yang dimasukkan melalui lubang hidung untuk mencapai rongga hidung. Pasien juga dibius saat dilakukan tindakan sehingga tidak merasakan sakit dan merasa nyaman selama prosedur pembedahan.3

Oleh sebab itu, tatalaksana rhinosinusitis pada dasarnya berusaha untuk menghentikan peradangan dan mengobati sumbernya. Untuk menghentikan peradangan diberikan steroid semprot sedangkan untuk infeksi bakteri, dibutuhkan antibiotik. Infeksi virus dapat sembuh dengan sendirinya sehingga membutuhkan antibiotik. Apabila rhinosinusitis yang diderita berat, maka dapat dibutuhkan tindakan pembedahan.

Diskusi lanjut dengan Dokter Imun

Jadwal konsultasi praktek Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI dapat dilihat pada link ini. Untuk informasi lebih lanjut, bisa komentar dan bertanya di kolom diskusi dibawah ini, atau isi form kontak untuk berdiskusi via email kepada Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI secara langsung. Follow akun twitter saya di @dokterimun_id, Instagram di @dokterimun.id atau facebook page di Dokter Imun untuk mendapatkan informasi terbaru dan berdiskusi tentang masalah autoimun, alergi, asma, HIV-AIDS dan vaksinasi dewasa. Jangan lupa juga dengarkan podcast Bina Imun untuk mendengarkan rekaman terkini membahas mengenai imunitas, bisa didengarkan di Spotify, Apple Podcast dan Google Podcast.

Salam sehat bermanfaat,

Indry Putri Widjaya, S.Ked; Matthea Thessa Ophira, S.Ked; dr. Rashmeeta

Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI

Referensi

1. Aring AM, Chan MM. Current Concept in Adult Acute Rhinosinusitis. Am Fam Physician. 2016;94(2):97-105.

2. Fokkens WJ, Lund VJ, Hopkins C, Hellings PW, Kern R, Reitsma S, Toppila-Salmi S, et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2020. Rhinology. 2020;58(S29):1-464.

3. Sedaghat AR. Chronic Rhinosinusitis. Am Fam Physician. 2017;96(8):500-6.